EKBIS.CO, JAKARTA – Indonesia memerlukan bank yang semakin besar dan kuat untuk menyalurkan kredit. Pengamat Ekonomi Univesitas Gadjah Mada (UGM), Denni Puspa Purbasari dalam jangka panjang, perbankan dituntut untuk semakin kuat dalam menghadapi tekanan dan persaingan dengan bank-bank asing.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro kembali melontarkan wacana merger antara bank Mandiri dan BNI. Menanggapi hal tersebut Denni mengatakan jika melihat jangka panjang, maka bank seharusnya semakin kuat.
Meskipun kecukupan modal kedua bank (Mandiri dan BNI) sudah cukup namun kalau ada konsolidasi, dua aset bank ini dijumlah akan semakin besar dibandingkan jika berjalan sendiri. Menurut Denni, wacana konsolidasi harus tetap ada dan diimplementasikan dengan baik.
Pasalnya, konsolidasi dua bank bukan hal yang mudah. Mau tidak mau, setiap ada konsolidasi akan ada perampingan baik dari direksi maupun dewan komisioner. Dan ini bukan hal yang mudah.
Pada akhir tahun 2014, aset Bank Mandiri mencapai Rp 855 triliun (unaudited). Meksipun sudah menjadi bank dengan aset terbesar di Indonesia. Bank Mandiri baru menduduki posisi 9 diantara bank-bank di Negara ASEAN lainnya.
Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas mengatkan ambisi Mandiri yang menargetkan pencapaian aset sebesar Rp1.000 triliun pada akhir 2015.
“Kami akan terus memperkuat fondasi untuk menjadi bank asli Indonesia yang mampu bersaing dengan bank-bank lain yang lebih besar di ASEAN,” ujar Rohan.
Bank Mandiri yakin bisa membawa Indonesia ke tingkat regional sebagai Qualified ASEAN Bank (QEB). Dalam MEA, bila bank sudah berstatus QAB, maka bank tersebut mendapatkan akses penuh untuk membuka jaringan di negara ASEAN manapun tanpa memerlukan persetujuan otoritas setempat.
Menurut Rohan, kesempatan untuk menjadi QAB bank harus segera diambil, apalagi pemerintah bersedia menambah modal Bank Mandiri hingga genap menjadi Rp 100 triliun.