Senin 30 Mar 2015 22:02 WIB

Program 'Tanam Culik Padi'-nya Mentan Rentan Gagal

Rep: Sonia Fitri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Mentan Andi Amran Sulaiman didampingi Bupati Ngawi Budi Sulistyono (kanan) melihat traktor yang dibagikan Presiden Joko Widodo.
Foto: Antara
Mentan Andi Amran Sulaiman didampingi Bupati Ngawi Budi Sulistyono (kanan) melihat traktor yang dibagikan Presiden Joko Widodo.

EKBIS.CO, JAKARTA—Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman diwanti-wanti agar tak sembarangan menjalankan program tanam culik, di manas segera setelah panen padi, langsung dilaksanakan penanaman segera. Pasalnya, jika tidak dilakukan dengan langkah yang tepat, peluang ancaman gagal panen terbuka lebar.

“Sebenarnya programnya bagus untuk mempercepat proses produksi, tapi saya khawatir program tanam tanpa jeda tersebut sangat rentan terhadap kegagalan produksi,” kata Instruktur Asosiasi Petani Padi Palawija Indonesia (AP3I), ROL, Senin (30/1).

Pasalnya, tanah sebagai media tanam tidak mampu membuat siklus hara secara sekaligus, sehingga potensi kejadian penyakit “tular tanah” dan faktor lainnya terjadi. Terlebih aplikasi pupuk yang didominasi kimia akan memperparah situasi.

Yang dimaksud dengan siklus hara, kata dia, yakni siklus unsur-unsur hara kimia dan biologi tanah yang tersedia bagi tanaman, yang berasal dari tanaman sebelumnya. Untuk tanaman padi, jika tanaman sebelumnya brpenyakit maka tanaman tersebut akan menularkan kepada tanaman berikutnya.

“Untuk APDI misalnya ada penyakit yang disebut ‘kresek’ yang disebabkan virus tungro akibat penurunan PH tanah di saat tanaman umur muda,” jelasnya.

Makanya, jika pun petani didorong untuk melakukan tanam culik, pemerintah harus secara benar menyampaikan soal soil treatment bersamaan dengan masa tanam. Penting, kata dia, mempertahankan kesuburan tahan untuk program tanam culik.

Ia melanjutkan, tanaman dapat tumbuh maksimal sesuai dengan kemampuan gen melalui rekasi biokimia. Di mana, apabila program tanam culik dilaksanakan dengan pupuk kimia cukup tanpa ada asupan pupuk organik, maka yang terjadi adalah dominan proses kimia. “Kalau melulu menggunakan kimia, saya yakni bukan faedah yang didapatkan petani tapi malah musibah,” tuturnya.

Di samping itu, lanjut dia, dalam rangka meningkatkan produktivitas padi per tahun, tetap harus didukung oleh beberapa faktor pendukung seperti ketersediaan pupuk, air dan irigasi yang baik. Kepastian harga jual dan penjualan hasil panen pun harus dijaga, jangan sampai dibiarkan dikuasai oleh tengkulak.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement