EKBIS.CO, JAKARTA -- Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal I-2015 surplus 1,3 miliar dolar AS. Hanya saja jumlah tersebut menyusut dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai 2,06 miliar dolar AS.
Bank Indonesia (BI) menilai, perlambatan ekspor minyak ditambah produksi minyak mentah yang turun menjadi penghambat perbaikan NPI.
Direktur Departemen Statistik BI, Endy Dwi Tjahjono mengatakan, surplus NPI memang tergerus, namun defisit transaksi sukses ditekan dengan pengurangan impor minyak dan gas (migas).
BI mencatat, defisit transaksi berjalan Indonesia sebesar 3,8 miliar dolar AS per Maret. Angka tersebut turun dibandingkan posisi akhir kuartal pertama 2014 yang mencapai 4,05 miliar dolar AS.
"Hal ini didukung oleh kebijakan reformasi subsidi migas yang membuat impor migas menurun 47 persen yar on year," ujarnya di Gedung BI, Jakarta, Jumat, (15/5).
Kendati impor minyak semakin berkurang, namun Endy menyayangkan ekspor migas tak bisa mengimbanginya, sehingga belum berdampak banyak pada neraca perdagangan.
Baginya, perbaikan ekspor migas tertahan oleh lifting minyak yang rendah, lalu diperparah pula dengan harga ekspor migas yang turun.
"Jika kita lihat, lifting minyak pada kuartal pertama 2015, rata-rata mencapai 0,76 juta barel per hari (mbpd), turun dibandingkan triwulan empat 2014 dengan nilai mencapai 0,78 mbpd," katanya.
Ia melanjutkan, harga minyak mentah juga ikut menurun dari rata-rata 72 miliar dolar AS per barel di kuartal IV-2014 menjadi 51 dolar AS per barel pada kuartal I-2015.
Endy menyebutkan, harga komoditas yang melemah di tengah volume ekspor meningkat, malah membuat surplus neraca perdagangan non migas turun dari 5,2 milar dolar AS pada kuartal IV-204 menjadi 4,3 miliar dolar AS di kuartal I-2015.
Komponen NPI lainnya, yaitu transaksi modal dan finansial pun mengalami penurunan dibandingkan kuartal sama di tahun sebelumnya. Penurunan transaksi modal serta finansial tercatat hingga 16,3 persen dibanding kuartal pertama tahun lalu.
"NPI kita juga masih tertahan dari sisi transaksi modal dan finansial. Pada uartalpertama tahun ini kita mencatat surplus sebesar 5,9 miliar dolar atau turun dibanding periode sama di tahun sebelumnya yaitu 7,05 miliar dolar. Meskipun ekonomi mengalami ketidakpastian global, kami senang tetap surplus," jelasnya.
BI sendiri masih mempertahankan rasio defisit neraca berjalan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 1,8 persen atau di bawah batas maksimal yang diperbolehkan, yaitu 2,5 sampai3 persen.
Menurut Endy, indikatornya masih normal, bahkan cenderung membaik, mengingat rasio defisit neraca berjalan terhadap PDB pada kuartal I-2014 mencapai 1,92 persen.