Ahad 07 Jun 2015 18:51 WIB

Apa Keuntungan Investasi Pasar Modal?

Rep: c87/ Red: Dwi Murdaningsih
Selain saham dan reksadana, obligasi bisa menjadi salah satu sarana investasi.
Foto: Aditya Pradana P/Republika
Selain saham dan reksadana, obligasi bisa menjadi salah satu sarana investasi.

EKBIS.CO, JAKARTA – Investasi di pasar modal dinilai lebih menjanjikan. Executive Vice President, Head of Wealth & Asset Management, Manulife Asset Management Michael Dommermuth mengatakan pasar modal menjadi jawaban dari adanya potensi defisit imbal hasil investasi yang disebabkan karena mahalnya biaya. Berdasarkan survei terbaru yang dikeluarkan oleh Manulife, investor di Indonesia menghadapi potensi kekurangan imbal hasil investasi sebesar 6,6 persen per tahun.

Potensi defisit ini dibandingkan dengan kenaikan biaya beragam tujuan keuangannya. Hal itu terungkap dalam hasil laporan terbaru dari Manulife Asset Management. Michael mencontohkan potensi defisit imbal hasil sebesar 6,6 persen per tahun di Indonesia timbul akibat biaya yang mengalami kenaikan sebesar rata-rata 11,1 persen per tahun selama lima tahun terakhir. Sementara imbal hasil dari portofolio investasinya sebesar rata-rata 4,5 persen per tahun pada periode yang sama.

"Kami menemukan bahwa tingkat partisipasi masyarakat terhadap sistem keuangan formal masih cukup rendah. Hal ini membatasi kesempatan bagi individu untuk memanfaatkan pasar modal sebagai salah satu cara untuk mengumpulkan dana yang akan digunakan untuk masa pensiun dan untuk membantu memenuhi tujuan keuangan utama lainnya," jelasnya, baru-baru ini.

Laporan tersebut mengungkapkan penyebab utama defisit adalah jumlah dana tunai yang sangat tinggi dalam portofolio para investor. Berdasarkan survei, masyakarat Indonesia rata-rata menyimpan 48 persen dari total aset mereka pada dana tunai dan dalam mata uang rupiah. Angka ini merupakan yang tertinggi diantara seluruh negara yang disurvei.

Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Legowo Kusumonegoro mencontohkan dana sebesar Rp 100 ribu yang diinvestasikan di tabungan saat ini berpotensi untuk tumbuh menjadi sekitar Rp 155.000 dalam waktu 10 tahun ke depan. Namun, apabila biaya dari lima tujuan keuangan di Indonesia pada saat ini misalnya sebesar Rp 100 ribu, maka dalam 10 tahun ke depan biaya tersebut akan tumbuh menjadi hampir Rp 290 ribu.

Dari gambaran tersebut, kata dia terlihat ada potensi defisit sebesar lebih dari Rp 130 ribu.  Dalam waktu sepuluh tahun, kata dia, biaya bisa naik sebesar lebih dari empat kali lipat menjadi sekitar Rp 580 ribu dan kemudian naik lebih dari tiga kali lipat lagi menjadi sekitar Rp 2 juta pada dekade ketiga. "Investor harus benar-benar mempertimbangkan hal ini, terutama karena dana untuk masa pensiun menjadi salah satu tujuan keuangan mereka," kata Legowo.

Menurut Legowo, memindahkan sebagian porsi dana tunai ke dalam aset lainnya yang dapat bekerja secara lebih efisien, seperti ke pasar saham atau pendapatan tetap, dapat mengurangi pontensi defisit secara signifikan. Legowo mengatakan dengan memindahkan 50 persen dari simpanan dana rupiah yang diam di tabungan/deposito ke dalam saham lokal hampir dapat menghapus potensi defisit dari 6,6 persen per tahun menjadi sekitar 0,5 persen per tahun.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement