EKBIS.CO, JAKARTA - Direktur Ekskutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia Supriatna Suhala menanggapi pernyataan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said bahwa industri batubara akan membentuk keseimbangan baru. Supritna menilai, keseimbangan baru sudah pasti akan terjadi pada semua industri yang tengah lesu. Hanya saja, pemerintah harus antisipasi terhadap dampaknya.
"Bagaimana pun juga akan mencari keseimbangan baru. Tapi yang penting dampaknya bagaimana nih. Memang saat ini demand menurun. Semua komoditas menurun. Mungkin karena dulu respon negara penghasil terhadap demand terlalu cepat. Akibatnya selalu kelebihan dan over suplai," ujar Supriatna, Senin (8/7).
Supriatna menilai, keseimbangan baru belum tentu akan memberikan dampak yang baik dunia usaha. Salah satu dampak paling besar, adalah banyak pengusaha batu bara yang gulung tikar. Sedangkan efisiensi yang dilakukan perusahaan, lanjutnya, mau tidak mau dilakukan demi menyelamatkan perusahaan.
"Produksi saat ini menurun dalam dua tahun ini. Dua tahun lalu memang dengan harga turun memang volume masih naik. Karena orang kan mencoba mengcover hutang yang sudah ada. Ya untuk survive ya menambah volume. Saat itu kita mengira harga ini sementara namun ternyata berkepanjangan. Sudah banyak yang tutup. Dan rendahnya harga ini masih akan berlangsung lama," ujarnya panjang lebar.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan pasar batu bara dunia kini sedang menuju keseimbangan atau ekuilibrium baru yang akan membuat industri batu bara nasional menjadi lebih efisien.
"Penurunan harga batu bara dalam beberapa tahun terakhir sesungguhnya mendorong pasar ke arah normalisasi, karena yang terjadi sebelumnya merupakan keuntungan abnormal," katanya saat membuka Pertemuan Tahunan Coaltrans Asia ke-21 di Nusa Dua, Bali, Senin.
Ia mengatakan harga batu bara yang sempat melejit hinga di atas 100 dolar AS per ton memang membuat banyak industri meraup keuntungan besar. Namun, keuntungan besar dalam tempo singkat justru memunculkan perilaku buruk para pengusaha batu bara maupun pejabat pemerintah.
"Terbukti kondisi tersebut berdampak pada kerusakan lingkungan dan praktik-praktik korupsi di banyak daerah," ungkapnya.
Menurut dia, harga batu bara yang rendah saat ini, sekitar 64 dolar AS per ton, akan memaksa podusen batu bara melakukan konsolidasi internal.