EKBIS.CO, JAKARTA -- Berdasarkan hasil survei Pengendalian Internal yang baru saja dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan Konsultasi RSM AAJ, disimpulkan, masih banyak para pemilik perusahaan yang tak memprioritaskan adanya Sistem Pengendalian Internal di perusahaannya. Meski begitu, 100 persen dari mereka menyadari pentingnya sistem tersebut.
Survei dilakukan pada beberapa responden yang berasal dari sektor keuangan dan jasa sebanyak 23 persen, lalu di sektor utilities, energi serta ekstraksi 15 persen. Ditambah dari sektor kesehatan dan farmasi 8 persen, serta otomotif tujuh persen.
Dari sisi aset, sebanyak 48 persen responden dari perusahaan beraset Rp 1 triliun hingga Rp 249 triiliun. Lalu 30 persen berasal dari perusahaan dengan aset di bawah Rp 1 triliun, 3 persen sisanya, responden terdiri dari perusahaan beraset di atas Rp 250 triliun sampai Rp 499 triliun.
"Sebanyak 43 persen responden yang merupakan pemilik perusahaan, eksekutif, dan C-Level menilai sistem pengendalian internal di perusahaannya belum andal dan tak berfungsi dengan baik," jelas Managing Partner RSM AAJ Bidang Governance Risk Control, Angela Simatupang, di Jakarta, Kamis, (30/7). Ia menambahkan, 42 persen dari kelompok responden manajer menengah dan senior pun beranggapan serupa.
Angela menyebutkan, terdapat 59 persen responden dari perusahaan tertutup juga merasa sistem pengendalian internalnya belum efektif. Begitu pula dengan 29 persen responden dari kelompok perusahaan terbuka yang merasakan hal sama.
Ia menjelaskan, di beberapa negara lain, seperti Amerika dan Singapura, sistem pengendalian internal diwajibkan. Bahkan, para investor mempertanyakan perusahaan yang tak memiliki sistem tersebut.