EKBIS.CO, JAKARTA --- Deputi Gubernur Bank Indonesia Mirza Adityaswara menegaskan, pelemahan rupiah yang terjadi saat ini bukan fenomena rupiah melainkan fenomena dolar.
Mirza menyebut, depresiasi Euro terhadap dolar AS secara year to date mencapai 10 persen. Pelemahan mata uang Selandia Baru terhadap dolar AS juga mencapai 15 persen (ytd).
Sementara mata uang Swedia melemah di kisaran 11-12 persen (ytd). Sedangkan rupiah hanya melemah 8 persen (ytd).
Karena itu, pelemahan rupiah jangan hanya dilihat rupiah saja tapi juga perbandingannya dengan mata uang regional dan dunia. Mata uang India justru melemahnya kecil sekali sekitar 1 persen (ytd), sedangkan mata uang Filipina relatif stabil.
Mirza menjelaskan, India sudah bisa menurunkan defisit transaksi berjalan (CAD) dari 4,5 persen terhadap PDB menjadi 1,5 persen PDB pada tahun ini. India juga menikmati harga komoditas yang rendah sehingga pertumbuhan ekonominya naik. Hal itu membuat mata uang India lebih stabil.
Berdasarkan kurs tengah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah berada di level Rp 13.495 per dolar AS pada Selasa (4/8). Angka ini melemah dari hari sebelumnya Rp 13.492 dolar AS.