EKBIS.CO, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo meminta para pengusaha eksportir membuka pasar baru dan memanfaatkan pelemahan rupiah terhadap dolar AS.
"Biasanya kita hanya melihat pasar-pasar tradisional, seperti Amerika, Eropa, Tiongkok, Jepang, Korea. Padahal banyak negara-negara lain yang pasarnya bisa dimasuki," kata Presiden, Senin kemarin. Presiden mengungkapkan, beberapa negara di Amerika Latin, Afrika, Timur Tengah dan negara-negara lain memberikan peluang komoditas dan produk dari Indonesia.
Presiden juga merasa bangga dengan peningkatan produksi dan ekspor Sulawesi Selatan yang gencar ditingkatkan di saat perekonomian dunia melemah. Ia menegaskan bahwa posisi Rupiah di angka Rp13.400-Rp13.500 per dolar justru sangat bagus untuk ekspor.
Namun karena ekonomi Indonesia tertumpu pada sektor konsumsi sehingga bermasalah.
Analis pasar uang, Rahmat Wibisono tidak sepenuhnya setuju dengan pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyebutkan bahwa pelemahan rupiah membuat eksportir menjadi untung. “Itu kan kalau terkendali, tapi kalau tidak terkendali justru membawa risiko inflasi luar negeri masuk dan membebani pertumbuhan Indonesia,” ucapnya.
Pelemahan rupiah dalam arti positif dan terkendali dapat menyebabkan daya saing produk dalam negeri terhadap pasar internasional membaik. “Karena pelemahan nilai tukar membuat pasar bisa menjual produknya dengan harga lebih murah,” ucapnya.
Sebaliknya, apabila pelemahan rupiah tidak terkendali, justru hanya akan membawa inflasi luar negeri masuk ke dalam negeri yang dapat membebani pertumbuhan.
Menurutnya, pemerintah dapat melakukan beberapa intervensi antara lain mendorong ekonomi dalam negeri supaya tumbuh. Pertumbuhan ekonomi dalam negeri dinilai mampu memberikan kekuatan untuk nilai tukar domestik.