EKBIS.CO, KULON PROGO -- Perajin batik di Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengeluhkan kenaikan harga bahan baku produknya sejak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Harga bahan produksi batik naik seperti kain dan pewarna batik. Hal ini menyebakan perajin mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku.
Perajin Batik Gulurejo, Kecamatan Lendah, Sugirin mengatakan kondisi pasar batik juga lesu. Lesunya permintaan batik sudah terjadi sejak satu bulan terakhir. Harga bahan baku naik, tapi harga jual masih stabil yakni Rp 90 ribu hingga Rp 250 ribu per potong. Akibatnya, omzet penjualan turun hingga 50 persen.
"Kami tidak bisa menaikan harga jual batik, kami tidak ingin kehilangan pelanggan. Meski harga tidak dinaikan, permintaan batik juga turun drastis," katanya, Sabtu (29/8).
Perajin batik lainnya, Suroso mengatakan biaya produksi batik menjadi lebih tinggi karena sebagian besar bahan baku batik merupakan barang impor. Ia mengatakan berdasarkan informasi dari distributor kain, bahwa harga bahan-bahan sudah naik. Saat ini, dirinya masih menghitung ulang jumlah biaya produksi batik supaya tidak merugi.
Menurut dia, melemahnya nilai tukar rupiah membuat harga bahan baku seperti kain mori, pewarna, lilin, dan gondorukem, dipastikan naik. Kenaikan hargabahan baku diperkirakan antara lima hingga 10 persen dariharga semula, sehingga jika harga jual produk batik tidak dinaikkan maka keuntungan akan berkurang, bahkan bisa merugi.
Suroso mengatakan harga bahan kain jenis primis naik dari Rp 17 ribu per yar menjadi Rp 19 ribu per yar, kain jenis sanforis naik dari Rp 11 ribu per yar menjadi Rp 12 ribu per yar, harga gondorukem dari Rp 21 ribu menjadi Rp 22 ribu per kilo, pewarna dari Rp 325 ribu menjadi Rp 350 ribu.