EKBIS.CO, DHAKA -- Idul Adha tidak hanya identik dengan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci, namun juga penyembelihan hewan kurban untuk umat Muslim. Menandai ibadah yang dilakuakn setahun sekali ini, Muslim Bangladesh dihadapkan dengan harga sapi yang meroket.
"Tahun lalu, untuk Qurbani saya membeli sapi di 45.000 taka. Tahun ini, harga sapi di pasar tidak kurang dari 65.000 atau 70.000 taka. Harga naik 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Aku harus pergi membeli sapi yang lebih kecil, untuk memenuhi anggaran saya, "Jainal Abedin, seorang pemilik toko perbaikan ponsel Dhaka dikutip dari OnIslam, Jumat (18/9).
Menurut kabar yang ia dengar, meroketnya harga sapi yang terjadi di Bangladesh disebabkan oleh menurunnya masuknya sapi dari India. Hampir 40 persen dari sapi yang digunakan untuk berkurban di Bangladesh berasal dari India.
Setiap tahun diperkirakan dua juta sapi dikorbankan untuk memperingati Idul Adha di Bangladesh. Namun, tahun ini diperkirakan 35 persen kebutuhan sapi tidak bisa dipenuhi.
Mayoritas masyarakat India yang beragama Hindu menganggap sapi merupakan binatang suci, sehingga ditentang keras untuk menyembelihnya. Selama ini, kebutuhan Bangladesh terhadap sapi India dilakukan dengan cara menyelundupkannya.
Meski sapi asal India di Bangladesh dilakukan dengan cara selundupkan, pemerintah Bangladesh melegalkan perdagangan dengan memberlakukan denda atau pajak pada setiap sapi.
"Namun, sejak sekitar awal tahun ini masuknya sapi dari India telah jatuh drastis karena patroli perbatasan yang ketat di India," ujar Belal Ali, penjaga angkutan sapi di Benapole, sebuah kota perbatasan Bangladesh terletak 90 km sebelah timur dari Kolkata.
Ia menjelaskan bahwa situasi ini sudah memprihatinkan. Desember tahun lalu, Bangladesh masih dapat menerima kiriman sapi dari perbatasan terdekat sebanyak 3 ribu sapi per hari, namun saat ini hanya sebanyak 150 sapi per harinya.