Senin 16 Nov 2015 22:10 WIB

Jokowi Ingin Kurangi Ketergantungan pada Mata Uang Dolar AS

Rep: Aldian Wahyu Ramadhan/ Red: Indah Wulandari
Presiden Jokowi beserta para pemimpin negara anggota G20, Ahad (15/11)
Foto: Reuters/Jason Reed
Presiden Jokowi beserta para pemimpin negara anggota G20, Ahad (15/11)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa ketergantungan terhadap mata uang dolar AS harus dikurangi.

Pembangunan infrastruktur sebagai salah satu solusi untuk menahan perlambatan ekonomi global, dimana infrastruktur dalam jangka pendek dapat menciptakan lapangan kerja dan dalam jangka menengah dan panjang dapat memperbaiki kapasitas perekonomian nasional itu sendiri.

"Hal itu disampaikan Presiden Joko Widodo lead intervention atau intervensi utama pada Working Group Session I pertemuan G20," kata Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menirukan pernyataan Presiden Jokowi, Senin (16/11).

Presiden juga menyampaikan perlunya upaya terus menerus melakukan reformasi arsitektur keuangan agar  negara berkembang mempunyai peran yang lebih besar di organisasi internasional seperti IMF.

"Selain itu, diharapkan berkembangnya pemakaian mata uang dunia di luar dolar AS, seperti euro, yen dan rmb untuk perdagangan bilateral negara, jadi tidak harus semua perdagangan menggunakan media dolar AS," ucap Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro.

Tentunya upaya ini mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS sekaligus juga mengurangi tekanan terhadap pelemahan mata uang nasional sebagai akibat kebutuhan dolar AS yang sangat tinggi. "Ini adalah intervensi kedua yang disampaikan Bapak Presiden," ucap Bambang.

Komitmen Indonesia lainnya adalah untuk terus berkontribusi pada upaya meningkatkan ‎pertumbuhan ekonomi global sebesar dua persen sampai tahun 2018.

"Dimana yang akan menjadi kunci utama pertumbuhan utama ekonomi Indonesia adalah paket-paket kebijakan yang dikeluarkan yang utamanya adalah untuk memberikan stimulus pertumbuhan, mendorong investasi dan meningkatkan daya beli masyarakat," ucap Presiden.

Dengan demikian hal tersebut tidak hanya mendorong pertumbuhan, tapi yang lebih penting adalah pertmbuhan yang inklusif atau pertumbuhan yang berkualitas.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement