Kamis 19 Nov 2015 19:30 WIB

Batubara Bakal Gantikan Gas Untuk Bahan Bakar Pabrik Pupuk

Rep: sonia fitri/ Red: Taufik Rachman
Pabrik Pupuk Kaltim
Pabrik Pupuk Kaltim

EKBIS.CO, BONTANG -- Salah satu langkah efisiensi produksi pupuk kimia dilakukan dengan merintis penggantian bahan bakar produksinya dari gas ke batu bara. Ia juga akan berfungsi sebagai bagian dari bahan baku pupuk.

Batubatara yang digunakan masuk kategori low grade dan tidak digunakan untuk penggunaan lain. Dengan proses tertentu, batubara dikonversi menjadi gas sintesa menjadi produk petrokimia.

"Targetnya dalam 10-15 tahun ke depan kita full harus pakai batubara itu," kata Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Arifin Tasrif, Kamis (19/11). Anak perusahaan bernama Pupuk Indonesia Energi yang nantinya berkonsentrasi menuju realisasi target tersebut. Pertimbangan penggunaan batubara disebabkan harga gas dunia yang terus melonjak dari tahun ke tahun.

Saat ini, lanjut dia, kebutuhan pupuk nasional sekitar 9,55 juta ton untuk seluruh jenis pupuk. Jumlah tersebut tersedia bahkan lebih. Sebab kapasitas pabrik baru bernama Pabrik 5 Kaltim pun bisa mencapai 13 juta ton.

Sekretaris Perusahaan PT Pupuk Indonesia Budi Asikin menerangkan, saat ini belum diberlakukan konversi batubara ke gas untuk pembuatan produksi pupuk. Penggunaannya  baru untuk power dan speed mesin pembuat pupuk. Penggunaan batu bara untuk mesin baru diterapkan di pabrik Bontang, Gresik dan sedang dibangun di Pabrik Sriwijaya.

"Di negara lain sudah bisa diterapkan, sudah ada teknologinya tapi untuk diberlakukan di kita, masih harus melalui riset dan kerja sama," kata dia saat dihubungi melalui telepon. Penelitian sebab ingin melihat sejauh mana harga keekonomian, aset dan dampak lingkungannya.  

Sekilas tentang PT Pupuk Indonesia atau Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC), ia merupakan Badan Usaha Milik Negara yang dahulu dikenal dengan nama PT Pupuk Sriwidjaja (Persero). Kegiatan utama perusahaan yakni bergerak di bidang pupuk, industri petrokimia dan agrokimia, distribusi, perdagangan, logistik, EPC, steam (uap), dan pangan. Perusahaan yang didirikan pada tanggal 24 Desember 1959 tersebut merupakan produsen pupuk Urea pertama di Indonesia.

Saat ini PIHC Grup memilki 10 anak perusahaan yakni PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Kalimantan Timur, PT Pupuk Iskandar Muda, PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, PT Rekayasa Industri, PT Mega Eltra, PT Pupuk Indonesia Logistik, PT Pupuk Indonesia Energi dan PT Pupuk Indonesia Pangan.

 

Sebagai perusahaan investasi dan strategic holding, pada 2014 PIHC melanjutkan program revitalisasi untuk memperkuat core business, meningkatkan efisiensi dan sinergi. Disamping itu, PIHC mengembangkan supporting bisnis dalam rangka memperkuat landasan pertumbuhan berkelanjutan. PIHC juga telah melakukan penugasan Pemerintah dalam rangka pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi kepada petani (Public Service Obligation).

 

Peningkatan sinergi bisnis pada industri pupuk, kimia, energi dan pangan yang telah terintegrasi dari hulu ke hilir diharapkan memberikan perubahan positif baik dari sisi kinerja operasional maupun kinerja keuangan perusahaan.

Proyek-proyek revitalisasi dilaksanakan di antaranya dengan mengganti pabrik-pabrik tua yang tidak efisien dengan teknologi baru serta meningkatkan kapasitas produksi pupuk dan menggantikan utilitas yang berbasis gas bumi menjadi batubara.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement