EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Indef Enny Sri Hartati mengatakan, ekspor Indonesia pada 2016 diprediksi masih turun. Hal ini disebabkan ekspor Indoesia masih akan bergantung pada perekonomian global.
"Kondisi global diprediksi masih akan mengalami ketidakpastian yang mengarah pada lemahnya permintaan, dan tren penurunan harga komoditas," ujar Enny dalam diskusi Outlook Perdagangan 2016 di Kementerian Perdagangan, Kamis (19/11).
Menurut Enny, harga komoditas energi maupun non energi pada 2016 masih mengalami tren penurunan. Bahkan, beberapa harga komoditas seperti CPO, karet, dan batu bara diprediksi masih tetap turun sampai 2017. Dengan asumsi business as usual, maka pada tahun depan ekspor masih akan mengalami penurunan dengan kisaran 5 persen.
Enny menjelaskan, Indonesia terlambat untuk mendorong ekspor manufaktur karena terlalu terlena dengan harga komoditas yang sempat tinggi pada 2010 dan 2011. Salah satu strategi yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan ekspor pada 2016 yakni dengan meningkatkan pangsa pasar di sejumlah pasar potensial seperti kawasan Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Latin.
"Kita harus meningkatkan pangsa pasar ekspor sekitar 20 persen sampai 30 persen di kawasan potensial tersebut, dengan demikian ekspor bisa tumbuh antara 6 sampai 7 persen," kata Enny.
Enny mengatakan, ekspor Indonesia ke Afrika masih sangat kecil yakni hanya sekitar 1 persen. Padahal, barang-barang yang dibutuhkan oleh Afrika masih sederhana yakni tekstil, sabun, dan alas kaki.