Selasa 24 Nov 2015 15:17 WIB

Pemerintah Kejar Investasi Cina

Rep: Sonia Fitri/ Red: Nur Aini
Menteri Perdagangan Thomas Lembong berbicara saat peluncuran ASEAN Economic Community (AEC) Center di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (28/9).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Menteri Perdagangan Thomas Lembong berbicara saat peluncuran ASEAN Economic Community (AEC) Center di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (28/9).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Perdagangan (Mendag) Thomas Lembong akan memanfaatkan momentum kerja sama Trans Pasific Partnership (TPP) sebagai sarana menyetarakan relasi dagang antarnegara, terutama dengan Cina. Neraca perdagangan RI-Cina yang selalu defisit dinilai perlu diseimbangkan dengan investasi, industri, dan pariwisata.

"Mitra dagang harusnya imbang, tidak apa-apa kita uang keluar, tapi harus ada yang masuk, makanya Presiden terus-menerus bilang, kejar investasi dari Cina," ungkapnya pada Opening Remark yang diselenggarakan Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI) bertajuk "What is TPP and Why Indonesia Business Should Know" di Jakarta, Selasa (24/11).

Di tengah percaturan politik perdagangan, lanjut dia, pemerintah ingin memanfaatkan momen TPP untuk mengimbau negara nonblok seperti ASEAN dan Cina merespons dengan cara turut memperhatikan keadilan neraca dagang.  Indonesia per tahunnya defisit neraca dagang sebesar 14 miliar dolar AS. Di sisi lain, ekonomi Cina sedang buruk karena ada kredit macet dan pabrik tutup.

"Di momen TPP, mari kita buka wawasan perdagangan lebih lebar, berikan hubungan dagang yang berkelanjutan, seimbang dengan perputaran investasi dan pariwisata," katanya.

Ia pun optimis TPP tidak akan jadi sarana kendali Amerika Serikat terhadap Indonesia. Sebagai negara berkembang, menurutnya, keikutsertaan dengan TPP menimbulkan jalinan kerja sama yang setara. "Semua negara, termasuk Amerika, harus menunjukkan perilaku dagang yang baik, melakukan reformasi perdagangan yang setara, jika tidak mau ditinggalkan," ungkapnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement