EKBIS.CO, KUALA LUMPUR -- Malaysia menyeru negara-negara mayoritas Muslim untuk jadi yang terdepan dalam industri halal. Deputi Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Ahmad Zahid Hamidi mengatakan, halal bukanlah agenda satu negara, tapi usaha bersama banyak negara.
''Usaha ini butuh program pembekalan kapasitas, jejaring suplai global efisien yang memunculkan halal jadi bisnis khas di tengah industri umum di ekonomi global saat ini,'' kata Ahmad Zahid seperti dikutip Bernama, baru-baru ini.
Dalam forum Standards and Metrology Institute for the Islamic Countries Halal Conference, ia mengatatakn industri halal juga bukan cuma soal makanan, tapi juga jasa keuangan seperti perbankan, asuransi, edukasi, riset, sertifikasi, kunsultasi, layanan kesehatan, juga pariwisata.
Ahmad Zahid berharap Malaysia dan negara-negara Islam lainnya bisa bekerja sama termasuk berbagi ide dan ilmu untuk bersama bisa memimpin sektor ini. Negara-negara Islam, kata dia, masih di belakang dalam mengejar aneka peluang-peluang bisnis halal. Sementara, negara-negara non Muslim dengan perusahaan multinasionalnya kian memimpin industri ini.
''Ulama sudah banyak menyumbang ide bagi industri halal. Tapi kita masih tertinggal dari negara-negara non Muslim,'' kata Ahmad Zahid.
Menurutnya, negara-negara Islam harus bersatu dan menyelaraskan usaha dalam industri ini. Karena itu dibutuhkan pendekatan holistik. Promosi ekonomi halal glonal merupakan hal penting. Sayangnya, ini dicoreng dengan aksi terorisme yang justru menimbulkan reaksi anti Islam.
Niat Malaysia untuk mempromosikan industri halal, menurut Ahmad Zahid, lebih dari sekadar isu komersil. Halal industi adalah proyek besar Islam menyuarakan perdamaian.
''Dengan meningkatnya populasi Muslim menjadi sekitar 1,8 miliar jiwa, kita tak tengah berusaha menunjukkan supremasi. Kita justru ingin berbagi produk halal dan meningkatkan penetrasinya di pasar global,'' ungkap dia.