EKBIS.CO, JAKARTA -- Harga minyak dunia pada pada Senin (21/12) lalu sempat menyentuh angka terendah dalam 11 tahun terakhir. Meski begitu, OPEC memutuskan untuk tidak memangkas produksi mereka di saat AS juga belum mengurangi produksi. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengungkapan, dengan asumsi harga minyak dunia pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) sebesar 60 dolar AS per barel, maka penerimaan negara dari sektor minyak juga ikut turun.
"Dengan realitas begini pasti akan alami penurunan. Sesuatu yang sudah diantisipasi, dalam artian bagaimana mengatasi gap (selisih harga) itu dan nanti kita duduk dengan menteri keuangan dan saya sebagai penanggung jawab sektor tidak bisa berbuat banyak," kata Sudirman, Selasa (22/12).
Sudirman menambahkan, tantangan yang justru dihadapi pemerintah dengan kondisi harga minyak dunia yang tak kunjung membaik adalah menjaga iklim investasi di hulu migas tetap berjalan baik. Sebisa mungkin, lanjutnya, pemerintah akan menjaga sektor hulu migas nasional tetap menarik.
"Tapi, benar sekali pasti akan menekan fiskal kita. Ada hitungannya nanti saya buka lagi. Karena setiap satu dolar penurunan nya akan berdampak berapa itu ada hitungannya," kata dia.
Minyak mentah AS pada Senin kemarin sempat menyentuh angka 33,98 dolar AS per barel. Sedangkan jenis brent anjlok ke harga 36,04 dolar AS per barel.