Kamis 21 Jan 2016 16:28 WIB

Harga Minyak di Asia Jatuh di Bawah 27 Dolar AS

Red: Nur Aini
Harga minyak merosot (ilustrasi)
Foto: IRAQENERGY.ORG
Harga minyak merosot (ilustrasi)

EKBIS.CO, SINGAPURA -- Harga minyak melanjutkan penurunannya di perdagangan Asia pada Kamis (21/1) karena kelebihan pasokan dan permintaan lemah. Harga minyak menyentuh level terendah lebih dari 12 tahun.

Harga komoditas telah terpukul pada 2016, dengan kontrak utama sudah turun sekitar 25 persen. Pada Rabu (20/1), patokan harga minyak AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun di bawah 27 dolar AS per barel untuk pertama kalinya sejak Mei 2003, setelah Brent menyentuh harga di bawah 28 dolar AS.

Pada pukul 06.30 GMT, Kamis, WTI untuk kontrak baru pengiriman Maret, turun 15 sen atau 0,53 persen menjadi 28,20 dolar AS per barel dan Brent turun 11 sen atau 0,39 persen menjadi 27,77 dolar AS. Kontrak WTI untuk pengiriman Februari merosot ke tingkat terendah 26,19 dolar AS di hari terakhir perdagangan di New York pada Rabu sebelum ditutup pada 26,55 dolar AS per barel, tingkat terendah sejak Mei 2003.

Ekspektasi bahwa Badan Informasi Energi AS akan melaporkan peningkatan lagi dalam stok minyak mentah komersial negara itu menekan sentimen pasar. Harga minyak telah jatuh sekitar 75 persen sejak pertengahan 2014, terpukul kelebihan pasokan, kelebihan produksi, lemahnya permintaan, dan pelambatan ekonomi global, terutama Cina.

"Dengan minyak sudah mencapai terendah, fundamental menjadi masalah penting sekarang," kata analis Phillip Futures Daniel Ang.

Badan Energi Internasional (IEA) yang berbasis di Paris, memperingatkan minggu ini bahwa pasar minyak bisa "tenggelam dalam kelebihan pasokan", karena kembalinya minyak mentah Iran setelah pencabutan sanksi-sanksi Barat mengimbangi setiap penurunan produksi dari negara lainnya. Sementara harga diperkirakan akan tetap lemah, beberapa analis mengatakan mereka bisa mendekati posisi terbawahnya.

"Saya kira kelesuan akan berlanjut memasuki paruh pertama tahun ini, tetapi dalam hal mencapai posisi terbawahnya, kita lebih kurang di sana," kata Ang.

BMI Research mengatakan dolar AS yang kuat juga akan membantu menekan harga komoditas, termasuk minyak. Komoditas yang diperdagangkan dalam dolar AS, membuat harganya lebih mahal bagi pemegang mata uang lemah.

"Depresiasi berkelanjutan mata uang negara-negara berkembang dan penguatan dolar AS akan menjaga harga komoditas terkendali selama paruh pertama 2016 dan beberapa dari mereka cenderung mencapai posisi terendah baru dalam beberapa bulan mendatang," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement