EKBIS.CO, BAGHDAD -- Gonjang-ganjing harga minyak dunia sejak pertengahan 2014 lalu nampaknya akan makin mencekik keuangan negara-negara pengekspor minyak. Terlebih lagi saat ini harga minyak dunia sudah di bawah 30 dolar AS per barel
Dilansir Channel News Asia pekan lalu, setelah 12 tahun berselang Pemerintah Irak akhirnya akan kembali menerbitkan sukuk senilai 4,24 miliar dolar AS. "Sukuk yang akan dijual ke pasar domestik ini memberi imbal hasil setara 10 persen," kata Menteri Keuangan Irak Hoshiyar Zebari di Baghdad.
Reuters melansir, penerbitan sukuk oleh Pemerintah Irak ini tidak lepas dari defisit anggaran negara yang mencapai 24 triliun dinar pada 2016. Belum lagi tekanan harga minyak dan upaya pemrintah untuk memerangi kelompok ISIS.
Selama ini 95 persen pendapatan Irak berasal dari penjualan minyak mentah. Sayang, harga minyak harus menyentuh level terendahnya di bawah 30 dolar AS per barel pekan lalu dalam 12 tahun terakhir.
Rencana sukuk domestik Irak ini sebenarnya direncanakan terbit pertengahan 2015 lalu, namun batal. ''Sekarang kami harus menerbitkan sukuk. Tanggalnya belum pasti, tapi akan tahun ini,'' kata Zebari.
Irak juga tercatat memiliki sukuk global aktif dan sukuk lokal bagi perbankan. Imbal hasil sukuk Irak yang jatuh tempo pada 2028 tercatat naik 8,3 persen menjadi 14,805 persen.
Langkah Irak ini juga diikuti oleh Uni Emirat Arab (UEA). Pemerintah Kota Sharjah secara resmi mengumumkan penerbitan sukuk global senilai 500 juta dolar AS bertenor lima tahun.
Arab Saudi juga dikabarkan akan kembali menerbitkan sukuk kembali tahun ini setelah terbitan terakhir pada 2007. Oman juga akan menerbitkan sukuk setelah terakhir melakukannya 19 tahun lalu. Qatar dan Bahrain juga disebut-sebut akan mengambil langkah yang sama.
Moody's memperkirakan enam negara anggota Dewan Kerja sama Teluk (GCC) akan menjaring pinjaman luar negeri untuk menutup defisit yang diprediksi mencapai 140 miliar dolar AS, 11 persen dari pendapatan domestik bruto (GDP) mereka.
''Kami melihat akan ada pasokan surat utang pemerintah dari GCC senilai 20 miliar dolar AS,'' kata Global Head of Debt Origination and Disrtribution National Bank of Abu Dhabi, Andy Cairns.