EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Budi Karya Sumadi mengatakan, untuk layanan penerbangan tidak bisa secara terus menerus menggantungkan pada Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Hal ini terkait frekuensi yang begitu padat di bandara kebanggan masyarakat Indonesia tersebut.
"Jakarta (Bandara Soekarno-Hatta) pada titik-titik tertentu tidak mampu melayani secara baik," ujarnya saat menerima kunjungan Republika, di Kantor AP II di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (2/2).
Untuk itu, ia mengaku, sedang merencanakan pengembangan empat bandara yang dikelola AP II seperti bandara di Bandung, Jambi, Pangkalpinang, dan Pontianak guna membantu kepadatan penumpang di bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Untuk Bandara Internasional Soekarno-Hatta, ia mengaku masih ada pekerjaan rumah yang harus dibenahi. Yakni, bagaimana menjadi bandara tersebut menjadi bandara transairport, di mana nantinya penerbangan dari luar negeri semisal dari Australia bisa langsung ke Jakarta tanpa harus singgah terlebih dahulu ke Singapura.
Hal ini sejalan dengan visi AP II sebagai agent of development untuk menjadikan konektivitas dari dan ke luar negeri lebih prima. "Untuk itu kita harus eksis secara teknologi, dan juga punya kemampuan bisnis yang baik sehingga punya revenue, laba, dan kekayaan," katanya.
Hasil dari keuntungan tersebut, bisa digunakan untuk meningkatkan pelayanan ke arah yang lebih baik. "Kita harus kaya untuk sama baiknya dengan Singapura," katanya menegaskan.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah pengoperasian Terminal III untuk penerbangan internasional. Budi mengaku, keberadaan Terminal III dapat meningkatkan pendapatan serta peningkatan pelayanan. "Bandara-bandara lain secara finansial jauh dari Jakarta, tapi mereka feeder dan harus sama baiknya," katanya.