EKBIS.CO, NUSA DUA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan kekecewaannya terhadap pendekatan yang digunakan negara-negara maju untuk memboikot kelapa sawit dan produk turunannya. Ia pun menantang negara-negara maju untuk bisa menemukan bahan pengganti sawit yang emisi karbonnya lebih rendah dibandingkan komoditi sawit.
Menurut Darmin, sawit Indonesia adalah produk berkelanjutan yang memberikan keunggulan kompetitif. “Boikot sawit bukan solusi. Kami ingin keterlibatan lebih konstruktif dengan mitra berdasarkan data-data konkrit. Jika Anda (negara-negara maju) bisa menemukan bahan pengganti sawit untuk produk-produk Anda, emisi karbon yang dihasilkan bahan lain tersebut bisa jauh lebih besar dibandingkan sawit,” kata Darmin dalam Konferensi Kelapa Sawit dan Lingkungan (ICOPE) 2016 di Nusa Dua, Rabu (16/3).
(Baca: Pemerintah-Kadin akan Dorong Ekspor CPO dengan Harga Premium)
Produksi minyak sawit (CPO) Indonesia mencapai 25 juta ton pada 2014. Sebanyak 9,5 juta ton atau 25 persennya diekspor dan sudah disertifikasi. Darmin mengatakan CPO besertifikasi yang diekspor meningkat menjadi 11 juta ton atau sekitar 40 persen pada 2015.
Indonesia mendorong negara-negara maju untuk membantu negara-negara berkembang mendukung upaya penurunan emisi dengan cara-cara baru selain memboikot produk. Darmin menegaskan bahwa negara maju perlu mengakui bahwa negara-negara dengan produk kompetitif dalam jangka panjang lebih bisa mengentaskan kemiskinan dibandingkan negara-negara tanpa produk kompetitif.
Negara-negara dengan produk berkelanjutan seperti Indonesia dengan kelapa sawitnya lebih mampu memberdayakan sumber daya alam untuk masyarakatnya. Setiap negara perlu mengetahui produk kompetitifnya dan mengembangkannya.
Baca juga: Konferensi Internasional Kelapa Sawit dan Lingkungan Dibuka di Bali