EKBIS.CO, JAKARTA -- Perum Bulog membantah adanya penumpukan 1.240 ton bawang merah dari Bima, Nusa Tenggara Barat selama berhari-hari. Justru praktik pengadaan bawang merah dari petani terus dilakukan secara bergulir dibarengi penggelontoran hasil penyerapan tersebut ke pasar.
"Tidak ada penumpukan, 1.240 ton itu adalah total penyerapan bawang merah oleh Bulog hingga hari ini, tapi jumlahnya sekarang tinggal 530 ton di gudang Bulog," kata Direktur Pengadaan Bulog Wahyu kepada Republika.co.id saat dihubungi Ahad (29/5).
Pasokan jumlah bawang merah di gudang Bulog se-nasional akan terus berfluktuasi karena proses pemasukan dan pengeluaran bawang merah terus berjalan. Menurutnya bawang merah tidak bisa disimpan terlalu lama karena karakteristiknya yang mudah busuk.
Di sisi lain, permintaan bawang di pasar juga perlu dipenuhi mengingat harganya yang tengah melonjak. Meskipun begitu, Bulog telah siap dengan gudang penyimpanan yang memadai hingga enam bulan ke depan.
"Penyerapan bawang oleh Bulog jangan dicampurkan dengan praktik impor, ini dua hal yang berbeda," tegasnya.
Sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Hortikultura melakukan inspeksi mendadak ke gudang Bulog di kawasan Kelapa Gading Jakarta Utara. Di sana Kementan mengaku menemukan 1.240 ton bawang merah yang diangkut mengunakan 34 truk dari Bima NTB ke Jakarta.
"Kita mendapat laporan via telepon bahwa bawang merah dari Bima sudah tiga hari belum dibongkar," kata Dirjen Hortikultura Spudnik Sujono dalam sidak Jumat (29/5).
Ia menegaskan produksi bawang nasional melimpah meskipun pemerintah memutuskan impor. Bawang merah akan terus berdatangan dari sejumlah sentra produksi nasional.
Sebanyak 200 ton bawang merah dari Bima akan menyusul karena masih dalam perjalanan. Selain itu, Nganjuk juga menyiapkan 100 ton bawang merah untuk kebutuhan masyarakat.