Senin 22 Aug 2016 09:48 WIB

Pengembangan Bisnis Digital di Indonesia Menemui Banyak Hambatan

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
bisnis digital/Ilustrasi
Foto: http://fathconsulting.co.id
bisnis digital/Ilustrasi

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Akses internet yang tidak merata di Indonesia dinilai menjadi tantangan utama sulitnya mengembangkan ekonomi digital di Indonesia.

CEO MatahariMall.com, Hadi Wenas mengatakan, ada beberapa tantangan dalam meningkatkan ekonomi digital di Indonesia, meski ekonomi digital kini sedang melaju pesat.

Pertama, konektivitas Internet. Kecepatan akses internet Indonesia sudah meningkat pesat sebanyak 110 persen pada 2015 dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan rata-rata 4,5 Mbps, kecepatan akses internet Indonesia sudah cukup memadai untuk mengakses situs-situs e-commerce

"Akan tetapi, pada praktiknya kecepatan akses internet ini tidak merata di seluruh wilayah Indonesia. Luasnya wilayah Indonesia menjadi tantangan tersendiri dalam penyediaan jaringan internet secara merata. Hingga kini, masih ada beberapa daerah di Indonesia yang belum terkoneksi dengan internet," ujar Hadi kepada Republika akhir pekan kemarin.

Kedua, tantangan dari segi logistik. Luasnya wilayah Indonesia juga memberikan tantangan tersendiri dalam aspek logistik. Penyedia layanan logistik belum sepenuhnya menjangkau wilayah-wilayah di Indonesia, terutama daerah pelosok. 

"Padahal seperti yang diketahui bersama, logistik merupakan elemen penting dalam menjalankan bisnis di dunia digital," tuturnya.

Ketiga, tantangan dari segi pembayaran. Hadi menuturkan, bisnis digital mengandalkan kartu debet atau kredit sebagai metode pembayaran. Padahal, jumlah pemilik rekening bank di Indonesia masih rendah, yaitu hanya sekitar 60 juta orang dari dari 250 juta penduduk Indonesia. 

Keempat, cyber security atau keamanan dari sisi cyber. Hadi menuturkan, FireEye, perusahaan keamanan cyber mengungkap bahwa persentase serangan cyber ke Indonesia ternyata lebih tinggi dari pelanggan layanannya di negara lain. 

"Jumlahnya mencapai dua kali lipat. Akibatnya pengusaha dan pelanggan bisnis digital harus menghadapi risiko kejahatan cyber berupa spionase, peretasan, dan sebagainya," katanya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement