Rabu 31 Aug 2016 03:56 WIB

BI Khawatirkan Modal Keluar Indonesia Bertambah Besar

Red: Nur Aini
 Warga melintas didekat logo Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (1/7).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Warga melintas didekat logo Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (1/7).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengkhawatirkan jumlah modal asing yang keluar dari Indonesia akan bertambah besar apabila kredibilitas fiskal tidak baik. Dari Januari hingga Agustus 2016, jumlah modal asing yang masuk ke Indonesia mencapai Rp 165 triliun. Namun, dalam tiga hari terakhir modal asing sebesar Rp 7 triliun keluar seiring dengan pernyataan Gubernur Bank Sentral AS terkait kemungkinan kenaikan Fed Fund Rate.

"Kita yang kelihatannya kuat, uang Rp 7 triliun keluar. Jadi pas tadinya Rp 165 triliun, sekarang turun di bawah Rp 160 triliun. Itu bisa jadi lebih besar kalau (fiskal) tidak dijaga," ujar Agus saat rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR di Jakarta, Selasa (30/8) malam.

Agus menuturkan, pada dasarnya, kondisi ekonomi Indonesia relatif baik yang ditunjukkan dengan banyaknya modal asing yang masuk dan terjaganya defisit neraca transaksi berjalan. Namun, penerimaan negara yang pada tahun ini diperkirakan akan mengalami kekurangan sekitar Rp 219 triliun dari target, menjadi sorotan global. "Kita kelihatannya baik, tapi fiskal kita yang penerimaan negara diproyeksikan 'shortfall' (selisih antara realisasi dan target) menjadi perhatian global," kata Agus.

Dalam dua tahun terakhir realisasi penerimaan perpajakan mengalami tekanan berat dengan jatuhnya harga komoditas migas, batu bara, kelapa sawit dan lainnya sehingga penerimaan pajak juga turun. Sektor perdagangan dan konstruksi pada 2016 juga tertekan terlihat dari volume yang hanya tumbuh separuh dari tahun sebelumnya. Selain itu melemahnya kondisi perdagangan global menyebabkan ekonomi Indonesia juga mengalami kontraksi dari 2015 hingga 2016.

Dengan kondisi itu, Kementerian Keuangan melaporkan penurunan potensi pajak 2016 yang cukup besar karena basis penghitungan tahun ini masih tinggi. Pada 2014 shortfall penerimaan pajak mencapai Rp 100 triliun, sedangkan pada 2015 shortfall mencapai Rp 249 triliun. Untuk penerimaan pajak pada 2016 diperkirakan penerimaan pajak akan kurang Rp 219 triliun dari target. "Sebetulnya kondisi penerimaan pajak ini adalah situasi yang memang harus disikapi. Indonesia walaupun termasuk negara berkembang, tapi menjadi perhatian dunia dan dianggap fundamentalnya baik," kata Agus.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement