EKBIS.CO, JAKARTA -- Corporate Banking Director Bank Muamalat Indonesia Indra Y Sugiarto mengatakan, pembiayaan di sektor komoditas sejauh ini masih menjadi tantangan bagi perbankan syariah. Apalagi, pada 2012 harga komoditas perlahan mulai jatuh sehingga pembiayaannya banyak yang bermasalah.
"Ketika itu, komoditas batu bara yang banyak bermasalah sehingga kami harus restructure," ujar Indra di Jakarta, Jumat (23/9).
Selain itu, pembiayaan yang bermasalah juga disebabkan oleh penurunan kondisi perekonomian nasional maupun global. Indra mengatakan, sampai akhir tahun Bank Muamalat menargetkan NPF bisa turun antara 2,5 persen-3 persen.
Untuk mencapai target tersebut, Bank Muamalat sudah melakukan perbaikan untuk kualitas pembiayaan dan juga restructuring. Sedangkan sampai akhir 2016, Bank Muamalat menargetkan pertumbuhan pembiayaan bisa mencapai 7 persen.
Sementara itu, Plt Direktur Bisnis Konsumer BNI Syariah Kukuh Rahardjo mengatakan, pada semester I 2016 BNI Syariah telah membukukan laba bersih sebesar Rp 145,65 miliar atau naik 45,73 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 99,94 miliar. Pertumbuhan laba tersebut disokong oleh ekspansi pembiayaan yang terjaga kualitasnya.
Menurut Kukuh, pencatatan laba bersih tersebut sebagian besar disumbang oleh konsumer dengan portfolio 55 persen dari total pembiayaan. Sampai akhir tahun BNI Syariah menargetkan pertumbuhan pembiayaan konsumer sebesar Rp 1,2 triliun.
"Sampai dengan Agustus 2016, pembiayaan konsumer sudah mencapai Rp 810 miliar," ujar Kukuh.
Selain pembiayaan konsumer, BNI Syariah juga memberikan pembiayaan di sektor ritel produktif/SME sebesar 22,78 persen, pembiayaan komersial sebesar 16,38 persen, pembiayaan mikro sebesar 5,77 persen, dan kartu pembiayaan Hasanah Card 2,11 persen.