EKBIS.CO, BANTUL -- Sungguh menarik melihat langsung aktivitas di Kampung Batik Giriloyo di Kelurahan Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi DIY. Menempati lahan seluas 5 ribu meter persegi, ragam aktivitas menarik tersaji apik di Kampung Batik Giriloyo.
Koordinator bidang pemasaran Paguyuban Kampung Batik Giriloyo Said Romli (34) mengatakan, hampir setiap hari wisatawan berdatangan untuk belajar membatik tulis dan belanja kerajinan tangan unggulan dari Kabupaten Bantul tersebut.
Ia menerangkan, Kampung Batik Giriloyo terdiri atas tiga dusun yakni Dusun Karang Kulon, Giriloyo, dan Cengkehan. "Kami menyebutnya Kampung Batik, karena mayoritas penduduk ialah pengrajin batik tulis asli Jogja," ujarnya kepada Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) NTB Prijono dan wartawan di Kampung Batik Giriloyo, DIY, Sabtu (22/10).
Hingga saat ini, ia sampaikan, jumlah pengrajin dalam paguyuban Batik Giriloyo mencapai seribu pembatik yang terbagi dalam 12 kelompok batik. Ia menjelaskan, seni kerajinan batik tulis di Giriloyo sudah ada sejak awal abad 17.
Geliat ekonomi yang sudah terbangun sempat ambruk tatkala bencana gempa melanda pada 2006 lalu. "Terjadi gempa 2006, disini kolaps karena banyak yang meninggal dan roboh," lanjutnya.
Ia melanjutkan, geliat ekonomi mulai kembali tumbuh tatkala Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) baik dari dalam dan luar negeri seperti program bantuan dari Australia, AusAid, dengan membangun kembali gazebo. Tak hanya bangkit, usai bencana tersebut, paguyuban juga sudah mulai bisa mandiri dalam pemasaran produk dengan menjual batik jadi.
Sebelumnya, paguyuban hanya menjual batik setengah jadi untuk kemudian dikirim ke kota untuk dijadikan produk jadi. "Sekarang kita dilatih, menggandeng balai besar batik, semuanya bisa jual produk jadi sejak 2006. 2006 Membawa berkah bagi kami dan bs ekspansi jual kain jadi, dulu kita hanya buruh nyanting," lanjutnya.