EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia sedang gencar meningkatkan kerja sama perdagangan dan pembangunan infrastruktur dengan Rusia dalam beberapa tahun ke depan. Tak tanggung-tanggung, nilai kerja sama antara kedua negara dipatok di angka 5 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 65,2 triliun dalam kurun waktu lima tahun ke depan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan, di sektor perdagangan antara Indonesia dan Rusia pun menunjukkan tren penurunan selama lima tahun belakangan, imbas dari pelemahan perekonomian dunia. Pemerintah mencatat, total perdagangan bilateral kedua negara pada semester pertama 2016 ini sebesar 1,07 miliar dolar AS atau mengalami penurunan sebesar 4,15 persen dibanding tahun lalu yang sempat menyentuh angka 1,1 miliar dolar AS. Sedangkan dari sisi nilai total perdagangan bilateral pada tahun 2015 mencapai 1,98 miliar dolar AS atau turun sebesar 25 persen dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 2,64 miliar dolar AS.
"Kesempatan ini mengundng pelaku bisnis untuk terlibat di proyek infrastruktur di Indonesia dan meminta akses pasar lebih luas di Rusia untuk seperti karet, minyak sait dan produk lainnya. Sehingga target 5 miliar dolar AS bisa tercapai," ujar Darmin, di Jakarta, Senin (31/10).
Pemerintah, kata Darmin, mengundang pihak Rusia untuk lebih banyak lagi melakukan investasi di Indonesia dengan memanfaatkan berbagai fasilitas yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia, termasuk adanya 13 paket kebijakan yang telah diterbitkan. Apalagi, dalam paket kebijakan ke-10, pemerintah melonggarkan aturan investasi melalui revisi daftar negatif investasi. Rusia, kata Darmin, juga diminta untuk menanamkan modalnya pada proyek infrastruktur dengan skema Public Private Partnership (PPP) dengan status siap untuk ditawarkan (ready to offer).
Sementara itu, Menteri Perindustrian dan Perdagangan Federasi Rusia Denis Manturov menyebutkan bahwa volume perdagangan antara Indonesia dan negaranya telah tumbuh tujuh persen sepanjang tahun ini. Selain itu, Rusia telah menyiapkan 30 proyek yang bisa dikerjasamakan termasuk dalam bidang infrastruktur dan sumber daya alam. Salah satu kerja sama kedua negara yang sudah berjalan adalah pembangunan kilang Tubang yang melibatkan Pertamina dan perusahaan migas Rusia, Rostneft. "Kami juga melihat ketertarikan yang sangat tinggi untuk mempluas kerjasama di bidang aviasi dan perkembangan teknologi antariksa," ujarnya.