Ahad 27 Nov 2016 18:39 WIB

IHSG Pekan Depan Berpotensi Menguat

Red: Nur Aini
Pekerja memantau layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pekerja memantau layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Analis pasar modal memprediksi indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal pekan Senin (28/11) berpotensi bergerak menguat.

"Pada awal pekan depan (28/11), IHSG terlihat membuka potensi untuk bergerak naik di kisaran 5.088-5.291 poin setelah cenderung mengalami tekanan pada pekan lalu atau periode 21-25 November 2016," kata analis Asjaya Indosurya Securities, William Surya Wijaya di Jakarta, Ahad (27/11).

Berdasarkan data BEI, kinerja IHSG pada periode 21-25 November 2016 mengalami pelemahan sekitar 0,93 persen menjadi 5.122,10 poin dibandingkan posisi sepekan sebelumnya di level 5.170,11 poin. Kinerja IHSG itu, berdampak pada menurunnya nilai kapitalisasi pasar saham domestik sekitar 0,81 persen menjadi Rp 5.543,92 triliun dari Rp 5.589,16 triliun dibandingkan periode 14-18 November 2016.

Setelah harga saham mengalami koreksi, kata William, sebagian investor akan memanfaatkan momentum untuk melakukan akumulasi beli mengingat sejumlah harga saham di dalam negeri relatif berada di harga rendah.

"Apalagi dalam rentang invesasi jangka panjang, IHSG masih berada dalam tren penguatan," katanya. Kendati demikian, menurut dia, kinerja IHSG diproyeksikan juga masih dibayangi oleh fluktuasi nilai tukar yang cenderung masih negatif menjelang rencana kenaikan tingkat suku bunga di AS.

Sementara itu, Analis Reliance Securities Lanjar Nafi mengatakan bahwa data inflasi domestik dan indeks kinerja sektor manufaktur dan jasa di Amerika Serikat dan Cina akan menjadi fokus investor pada pekan depan. "Investor akan fokus mencermati data-data yang akan dirilis itu guna melihat kesehatan ekonomi negara itu, termasuk Indonesia," katanya.

Ia menambahkan bahwa saham-saham sektor pertanian dan pertambangan di dalam negeri masih akan menjadi primadona mengikuti harga komoditas yang cenderung berada dalam tren penguatan di saat ketidakpastian sentimen global dan cuaca dingin disebagian belahan dunia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement