EKBIS.CO, JAKARTA -- Persatuan Aktuaris Indonesia (PAI) menyatakan bahwa tenaga aktuaris atau ilmu tentang pengelolaan risiko keuangan di masa yang akan datang di Indonesia masih rendah.
"Tenaga aktuaris di Indonesia masih rendah yakni hanya sekitar 400 orang, sedangkan kebutuhan masyarakat akan perlindungan jiwa dan kesehatan diprediksi akan terus meningkat," kata Ketua Umum PAI Rianto Djojosugito di Jakarta, melalui keterangan tertulis, Sabtu (3/12).
Rianto juga menjelaskan bahwa saat ini Malaysia adalah salah satu negara yang telah banyak menghasilkan tenaga aktuaris. "Aktuaris Malaysia telah menyebar ke negara-negara di
Asia Tenggara termasuk Indonesia, di Singapura saja, sebanyak 60 persen tenaga aktuarisnya berasal dari Malaysia," kata Rianto.
Menurut dia, setiap tahun Indonesia baru bisa menciptakan sekitar 40 aktuaris.
Mendukung pernyataan dari Rianto, Deputi Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Industri Keuangan Non Bank (IKNB) Edy Setiadi, usai menyaksikan penandatanganan kerja sama antara AXA Mandiri & AXA dengan Universitas Gajah Mada, mengatakan bahwa saat ini di Indonesia kurang lebih ada 107 perusahaan asuransi yang semuanya membutuhkan tenaga aktuaris.
Hal tersebut belum termasuk perusahaan bidang lain yang membutuhkan aktuaris, sehingga perkiraan kebutuhan seribu tenaga aktuaris itu adalah angka minimum dalam setahun.
"Tiap tahun makin tinggi, padahal bukan hanya industri asuransi yang membutuhkan aktuaris. Kalau tidak ada ya terpaksa impor," kata Edy Setiadi.
Edy menambahkan bahwa pihaknya tidak mengharapkan tenaga aktuaris di Indonesia didominasi oleh tenaga asing. Ia menginginkan orang Indonesia mampu menjadi tuan di tanahnya sendiri.