EKBIS.CO, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo bersama sejumlah Menteri melakukan kunjungan kerja ke India. Kunjungan ini diharapkan bisa menjalin kerja sama perdagangan dan investasi yang lebih signifikan.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menuturkan salah satu kerjasama yang didapat dari pertemuan kedua negara ini adalah perbaikan di sektor industri farmasi. Selama ini Indonesia masih memerlukan bahan baku obat yang selama ini mayoritas dipasok dari Cina dan India.
Dengan peningkatan kerja sama di sektor ini, Indonesia berharap dapat mengurangi ketergantungan bahan baku impor dan memacu pengembangan daya saing industri farmasi nasional. "Pemerintah India juga kami minta untuk mengirimkan kelompok kerja dalam membantu memetakan kebutuhan industri farmasi di Indonesia," kata Airlangga melalui siaran pers, Selasa (13/12).
Menurut Airlangga, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah India akan mendorong adanya pertukaran expert dan penguatan pelatihan vokasi di sektor industri farmasi. Pertukaran ini diyakini bisa meningkatkan keahlian sumber daya manusia (SDM) masing-masing negara untuk mendorong perbaikan industri farmasi.
Selain sektor farmasi, Indonesia dan India juga akan meningkatkan kerjasama di sektor teknologi infomasi dan otomotif. Khusus untuk sektor Teknologi informasi, Pemerintah Indonesia mencoba mendorong sektor ini agar lebih kompetitif dan menjadikan perbaikan ini salah satu upaya strategis untuk menghadapi era globalisasi dan Industri 4.0.
Dalam upaya percepatan kerja sama Indonesia-India di berbagai sektor industri tersebut, Airlangga mengharapkan pula agar proses kerangka kerja sama yang diikuti kedua negara melalui Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) dapat segera diselesaikan. RCEP dibentuk berdasarkan kerangka kerjasama ekonomi yang modern, kompetitif, dan berkualitas dengan tetap mengedepankan prinsip saling menguntungkan.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Haris Munandar menuturkan, investor India yang ingin berinvestasi di Indonesia memiliki kesempatan yang sangat baik. Sebab, Pemerintah Indonesia sangat terbuka terhadap masuknya investasi asing.
"Kebijakan ini dapat dilihat dari beberapa deregulasi dan paket kebijakan ekonomi yang telah dicanangkan pada kepemimpinan Jokowi, antara lain kemudahan layanan investasi tiga jam, fasilitas di pusat logistik berikat, dan insentif di kawasan industri sesuai zona," ujar Haris.
Sementara dalam bidang perdagangan, India merupakan negara mitra dagang terbesar ke-8 bagi Indonesia. Transaksi perdagangan antara kedua negara mencapai 14,6 miliar dolar AS atau 4,9 persen dari seluruh total perdagangan Indonesia pada tahun 2015.
Pada 2015, India telah melakukan investasi pada sektor industri di Indonesia sebanyak 43 proyek dengan nilai sebesar 15,5 juta dolar AS, meningkat dibandingkan dengan tahun 2014 yang hanya sebanyak 19 proyek investasi senilai 12,89 juta dolar AS. Kontribusi investasi itu dilakukan terutama pada sektor industri makanan, industri tekstil serta industri alat angkut dan transportasi lainnya.