Kamis 22 Dec 2016 13:42 WIB

Pertumbuhan Ekonomi 2017 Masih akan Dibayangi Gejolak Global

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Pembangunan proyek infrastruktur turut mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi nasional.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Pembangunan proyek infrastruktur turut mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi nasional.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk Adrian Panggabean mengatakan, perekonomian Indonesia pada 2017 diprediksi masih akan menemui tantangan dari sisi eksternal karena permasalah ekonomi global belum selesai. Selain itu, faktor terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS) masih berpengaruh karena publik menunggu arah kebijakan yang akan dilakukannya.

Adrian menjelaskan, prospek kenaikan Fed Fund Rate sebanyak tiga kali pada 2017 akan menciptakan tren penguatan dolar AS secara global. Tren penguatan ini akan berdampak negatif terhadap pelemahan rupiah dan perekonomian nasional.

"Fenomena yang terjadi di global sifatnya temporer dan menguatnya dolar AS belum tentu menguntungkan bagi perekonomian Amerika Serikat," ujar Adrian di Jakarta, Kamis (22/12).

Adrian menjelaskan, struktur perekonomian AS masih menunjukkan pelemahan dengan menurunnya tingkat produktivitas. Selain itu, AS masih mengalami pelemahan dinamika di pasar tenaga kerja serta masih kurang kuatnya pertumbuhan produk domestik bruto secara normal. Dengan demikian, hal ini membuka kemungkinan temporernya sifat penguatan mata uang dolar AS pada 2017 mendatang.

Menurut Adrian, indeks mata uang dolar AS pernah berada di angka tertinggi yakni 150 pada 1998-1999 dimana pada saat itu sedang terjadi krisis di Asia. Tingginya indeks dolar AS ini imbasnya bukan hanya ke negara lain tetapi juga ke AS sendiri. Adrian mengatakan, indeks dolar AS yang bisa diterima yakni di kisaran 90-100. "Kalau dolar AS terlalu kuat, imbasnya juga akan kena ke Amerika Serikat karena mereka nggak bisa ekspor," kata Adrian.

Mata uang bisa menguat apabila didorong oleh empat syarat yakni inflasi yang rendah, produktivitas ekonomi kuat, pertumbuhan ekonomi kuat, serta supply dan demand. Untuk menghindari efek negatif tersebut, menurut Adrian perlu diberlakukan kebijakan dari pemeritah yang dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan modal. Selain itu, pemerintah juga perlu menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, serta menjaga inflasi pada level yang rendah.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement