EKBIS.CO, JAKARTA -- Daging sapi masih menjadi pilihan banyak masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Meski harganya melambung diluar nalar, tetapi masyarakat tak banyak beralih mencari sumber protein lain seperti Ikan atau daging ayam.
Daging sapi tetap menjadi pilihan banyak masyarakat. Harga daging sapi di pasaran khususnya kota besar seperti Jakarta memang cukup tinggi. Bahkan pada 2016, harga satu kilogram (kg) daging sapi segar sempat menyentuh Rp 150 ribu sampai Rp 160 ribu per kg.
Hendra (36), seorang pedagang di pasar induk Kramat Jati mengatakan, tahun ini merupakan tahun yang sangat jelek bagi penjualan daging sapi. Bukan karena tidak ada masyarakat yang membeli, tetapi karena harganya yang cukup tinggi.
"Tahun ini kayanya yang paling mahal deh. Terus kalau turun juga sedikit-sedikit," kata Hendra ditemui di Pasar Kramat Jati, Senin (26/12).
Hendra menjelaskan, ketika menjelang hari raya Idul Fitri harga daging sapi sempat menyentuh Rp 150 ribu per kg. Harga tersebut berangsur menurun hingga sekarang berada di kisaran Rp 120 ribu. Angka ini merupakan harga untuk bagian dari daging sapi segar yang paling mahal.
Pria yang telah berdagang selama 10 tahun ini menuturkan, memang ada bagian daging sapi lain yang lebih murah seperti paha depan, atau dada yang harganya bisa mencapai Rp 90 ribu sampai 100 ribu per kg. Namun, konsumen lebih banyak mencari daging paha belakang karena tekstur daging yang lebih khas dan enak setelah diolah.
Adanya daging kerbau beku di pasaran dianggap tidak banyak memberikan perubahan pada harga daging sapi. Sebab hanya segelintir masyarakat saja yang mencari daging kerbau. Bahkan, Hendra menyebut tidak ada pedagang di Pasar Kramat Jati yang menjual daging tersebut karena kurang laku di pasaran.
Tingginya harga daging sapi juga diakui Budi (43). Pedagang daging sapi di Pasar Minggu ini mengatakan, harga daging sapi saat ini mencapai Rp 120 ribu per kg. Harga yang cukup tinggi dibandingkan tahun tahun sebelumnya.
Melonjaknya harga daging membuat pedagang mendapatkan untung yang lebih sedikit. Sebab harga di tempat jagal sudah melambung. Jika pedagang mengambil untung terlalu banyak kemungkinan penjualan daging sapi segar bisa terus menurun. "Ini saja udah untung kecil. Kalau mau untung besar, nanti malah tidak ada yang beli daging," kata Budi.