EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah mencatat impor komoditas jagung periode Januari-November tahun ini mencapai 900 ribu ton. Namun angka tersebut belum ditambah impor yang dilakukan Bulog sebesar 200 ribu ton.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadiwibowo mengatakan, Kementerian Pertanian melakukan ekspor jagung yang cukup tinggi pada 2015 begitu juga dengan impor. Namun pada Januari 2016 ekspor jagung ditekan untuk memenuhi kebutuhan pakan dalam negeri. Hal itu berdampak pada penurunan secara signifikan impor jagung di 2016 tiap bulannya. "November hampir nggak ada," ujarnya.
Berdasarkan data yang diterima Republika.co.id dari BPS, nilai impor jagung pada Januari hingga November mencapai 179,86 juta dolar AS. Sementara nilai ekspor mencapai 4,75 juta dolar AS dari ekspor 14,9 ribu ton yang diakui Sasmito merupakan puncak ekspor jagung selama lima tahun terakhir.
Sebaliknya, untuk komoditas gandum diakui Sasmita masih impor. Hal ini mau tidak mau harus dilakukan untuk mengisi kebutuhan industri akan gandum seperti industri roti dan mie. "Tapi yang menarik, kita juga ekspor. Tidak memproduksi tapi bisa mengekspor," ujarnya.
Ekspor tersebut dilakukan dari gandum yang sebelumnya merupakan impor. "Kita ekspor dengan harga yang lebih mahal," katanya.
Baca juga: Swasembada Beras tapi Impor Tercatat 1,2 Juta Ton, Ini Alasannya