EKBIS.CO, JAKARTA -- Pasar modal Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang positif meski didera oleh perlambatan ekonomi global dan domestik. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang ditutup pada akhir tahun di level 5.296,711. IHSG pada akhir tahun ini mengalami peningkatan 15,32 persen dibandingkan penutupan 2015 yang berada di level 4.593.
Kenaikan IHSG pada 2016 ini merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia serta tertinggi kelima di antara bursa-bursa utama dunia.
"Dalam keadaan gonjang-ganjing growth perekonomian global dan efek Trump kita happy bisa tumbuh sekitar 15 persen, dan kita nomor dua di Asia Pasifik," ujar Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio di Jakarta, Jumat (30/12).
Dalam 10 tahun terakhir, IHSG mengalami penguatan sebesar 193,36 persen yang merupakan kenaikan tertinggi di antara bursa-bursa utama dunia. Sampai dengan penutupan perdagangan Kamis (29/12), rata-rata nilai transaksi harian mengalami peningkatan 30,03 persen dibandingkan dengan 2015.
Rata-rata frekuensi transaksi harian tumbuh 18,91 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara, rata-rata volume transaksi harian naik 31,36 persen dibandingkan dengan tahun lalu dan kapitalisasi pasar meningkat 18,18 persen dibandingkan dengan 2015.
"Menurut saya itu performance yang baik, dan saya optimistis tahun depan akan lebih banyak lagi dana yang masuk," kata Tito.
Jumlah dana yang berhasil dihimpun di sepanjang 2016 juga mencapai nilai tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia. Jumlah tersebut mencapai Rp 674,39 triliun dan 247,50 juta dolar AS yang terdiri dari aktivitas Pencatatan Saham Perdana (Initial Public Offering/IPO) sebesar Rp 12,11 triliun, Pencatatan Saham dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (rights issue/HMETD) sebesar Rp 61,85 triliun, dan penerbitan waran sebesar Rp 1,14 triliun.
Selain itu, dana yang dihimpun pada 2016 ini juga datang dari 84 emisi baru obligasi dan sukuk korporasi yang diterbitkan oleh 56 Perusahaan Tercatat dengan nilai Rp 113,29 triliun dan 47,50 juta dolar AS, 1 Exchange Traded Fund (ETF) senilai Rp 6,3 miliar, 2 emisi Efek Beragun Aset (EBA) senilai Rp 1,37 triliun, serta 220 seri Surat Berharga Negara (SBN) yang dicatatkan di tahun ini dengan nilai Rp 484,63 triliun dan 200 juta dolar AS.
Tito mengatakan, sebagian besar dari dana yang diraih oleh perusahaan di Pasar Modal digunakan untuk pengembangan usaha dan penambahan modal. Jumlah pencapaian dana dari aksi korporasi di pasar modal tersebut selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Tito yakin pada 2017 angkanya akan terus meningkat sehingga peran pasar modal dalam mewujudkan pembangunan akan semakin dirasakan oleh masyarakat. Dengan demikian, menilai momentum ini harus terus dijaga oleh seluruh stakeholders di Pasar Modal Indonesia sehingga mimpi BEI bisa menjadi yang terbesar di Asia Tenggara pada 2020 bisa segera tercapai.