EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai, kinerja perdagangan Indonesia akan mempertahankan tren positif hingga setahun ke depan. Meski begitu, Darmin melihat akan ada periode di mana angka impor akan tumbuh lebih cepat dibanding pertumbuhan ekspornya. Apalagi kondisi saat ini, angka kinerja impor bahan baku dan barang modal yang menurun dikhawatirkan memberi gambaran bahwa industri pengolahan masih lesu.
Darmin menilai, lebih baik melihat kinerja perdagangan selama enam bulan sekaligus dibanding mengeluarkan analisis dari raihan dua bulan pertama 2017 ini. "Enam lah baru dianalisis. Kalau sebulan saja suka relatif. Secara tahunan sih ekspor kita tetap tumbuh di atas impor," jelas Darmin di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis (16/3).
Menurutnya, paling tidak kinerja perdagangan saat ini sudah menunjukkan pertumbuhan baik di sisi impor atau ekspornya. Meski begitu, ia memprediksi bahwa situasi yang fluktuatif ini akan bertahan hingga akhir tahun. Pemerintah, kata dia, berupaya untuk menjaga iklim perdagangan sehingga kinerja ekspor bisa digenjot. Salah satu cara yang digunakan pemerintah adalah memperluas pasar ekspor untuk negara-negara nontradisional seperti India, Pakistan, dan Afrika. "Jadi kelihatannya setahun ke depan nanti akan pertumbuhannya positif. Tapi kita melihat pertumbuhan impor masih akan di atas ekspor ada bulan-bulan yang terbalik," ujarnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, surplus yang terjadi saat ini lebih karena laju penurunan impor yang lebih tinggi dibandingkan ekspornya. Ruang di antara keduanya dinilai yang memberikan surplus terhadap kinerja perdagangan Indonesia. Meski positif, hal tersebut dianggap belum bisa menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sehat.
BPS juga merilis, kinerja perdagangan Februari 2017 diwarnai oleh anjloknya angka ekspor sejumlah komoditas unggulan seperti CPO, minyak mentah, dan tembaga. CPO misalnya, tercatat jatuh hingga 200,7 juta dolar AS, dari Januari ke Februari 2017. Sementara ekspor bahan bakar mineral anjlok hingga 17,91 persen atau 300,6 juta dolar AS. Sedangkan ekspor tembaga, termasuk konsentratnya, mengalami penurunan hingga 42,3 persen di Februari 2017, dengan nilai 69 juta dolar AS. Penurunan ekspor tembaga bertepatan dengan berhentinya ekspor konsentrat tembaga oleh PT Freeport Indonesia, akibat belum disepakatinya perubahan status kontrak.