EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah optimistis porsi utang Indonesia dinilai masih dalam batas yang wajar. Utang pemerintah pusat per April 2017 tercatat sebesar Rp 3.667,41 triliun.
Angka sebesar itu terdiri dari surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 2.932,69 triliun atau 80 persen dari total utang, serta pinjaman sebesar Rp 734,71 triliun atau 20 persen dari PDB. Dibandingkan dengan Maret 2017, utang pemerintah pusat April 2017 secara neto meningkat sebesar Rp 16,37 triliun berasal dari penerbitan SBN (neto) sebesar Rp 19,85 triliun dan berkurangnya pinjaman (neto) sebesar Rp 3,49 triliun.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan, dibandingkan dengan rasio utang negara lainnya, maka rasio utang Indonesia masih tergolong wajar. Bahkan, menurutnya, Indonesia tidak termasuk dalam negara yang bermasalah. "Utang kita paling 30 persen dari APBN. Sementara banyak negara yang 100 (persen), 200 persen jangan dilihat kita itu, kalau tetap ada utang lihat kita tidak dalam situasi membahayakan," ujar Darmin di Kantor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Jumat (26/5).
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan mencatat, penambahan utang neto 2017 sampai dengan April 2017 adalah sebesar Rp 156,25 triliun yang berasal dari kenaikan SBN sebesar Rp 152,08 triliun dan pinjaman sebesar Rp 4,17 triliun. Dalam rilis tertulis, Kemenkeu menyebutkan bahwa pembayaran kewajiban utang pada April 2017 mencapai jumlah sebesar Rp 49,23 triliun, terdiri dari pembayaran pokok utang yang jatuh tempo sebesar Rp 38,46 triliun dan pembayaran bunga utang sebesar Rp 10,77 triliun.
Selain itu, disebutkan bahwa indikator risiko utang pada April 2017 menunjukkan bahwa rasio utang dengan tingkat bunga mengambang (variable rate) sebesar 11,4 persen dari total utang, sedangkan dalam hal risiko tingkat nilai tukar, rasio utang dalam mata uang asing terhadap total utang adalah sebesar 42 persen. Sementara average time to maturity (ATM) sebesar 9 tahun, sedangkan utang jatuh tempo dalam lima tahun sebesar 37,2 persen dari outstanding.