EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan mengingatkan pedagang untuk tidak 'aji mumpung' menaikkan harga saat momen Ramadhan. Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Karyanto Suprih meminta pedagang untuk tetap menjual bahan pangan pokok dengan harga yang wajar.
Ia mengatakan, di sejumlah negara lain, pada hari besar keagamaan seperti Natal dan Tahun Baru, pedagang justru memberikan diskon besar-besaran. Karyanto menilai, hal yang sama juga harusnya bisa diikuti pedagang di Indonesia karena mereka umumnya mengalami peningkatan omzet saat puasa dan jelang lebaran.
"Seharusnya peningkatan omzet penjualan karena banyaknya permintaan merupakan tambahan keuntungan. Kalau perlu diskon, bukan justru menaikan harga," ujarnya, lewat pesan singkat pada Republika.co.id, Senin (29/5).
Karyanto menegaskan, alasan ingin mendapat THR tak boleh dijadikan pembenaran bagi pedagang untuk menaikkan harga. Ia mengimbau pedagang untuk menjual bahan pangan pokok dengan harga wajar, sesuai dengan acuan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
Gejolak harga pangan memang kerap menjadi momok di masyarakat jelang puasan dan lebaran. Tahun ini, gejolak itu kembali terjadi pada sejumlah komoditas.
Kendati begitu, Perum Bulog menyebut stabilisasi pangan jelang Ramadhan tahun ini lebih terjaga dibanding kondisi tahun lalu. Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog Karyawan Gunarso mengatakan, sedikitnya ada dua indikator yang menunjukkan stabilisasi pangan tahun ini membaik.
Pertama, menurut dia, dari segi stok pangan Bulog menguasai barang dengan volume yang jauh lebih besar. Tahun ini, Bulog memiliki stok 329.000 ton gula pasir. Sementara, jelang Ramadhan 2016 lalu, stok gula yang dikuasai Bulog jumlahnya kurang dari 100.000 ton.
"Beras juga sama. Saat ini Bulog memiliki stok beras 2,1 juta ton. Saya rasa tidak ada swasta manapun yang menguasai stok dengan jumlah sebanyak itu," ujarnya, dalam sebuah forum diskusi di Galeri Nasional, Ahad (28/5).