EKBIS.CO, JAKARTA -- Akhir musim panen yang dibarengi oleh permintaan tinggi jelang Ramadhan berhasil mendorong inflasi tahunan kembali naik ke 4,33 persen year on year (yoy). Menurut Analis Riset Samuel Sekuritas Rangga Cipta, siklus inflasi pangan diperkirakan berlanjut hingga tengah tahun.
"Inflasi tahunan 4,33 persen ini lebih rendah dari perkiraan kami yang sebesar 4,37 persen yoy, tetapi lebih tinggi dari konsensus 4,31 persen yoy," ujar Rangga Cipta, Senin (5/6).
Rangga menuturkan, siklus inflasi pangan diperkirakan berlanjut hingga tengah tahun, sehingga inflasi Juni 2017 bisa naik lagi ke kisaran 4,3-4,4 persen yoy. Inflasi di 2017 masih diperkirakan 4,6 persen yoy dengan memperhitungkan potensi kenaikan harga BBM.
Manajemen pasokan pangan oleh pemerintah, kata Rangga, walaupun intensif, tidak berhasil mencegah inflasi pangan bulanan untuk naik ke 0,86 persen month on month (mom) dari -1,13 mom. Selain berakhirnya musim panen, permintaan tinggi jelang Ramadhan menjadi penyebab utama.
"Siklus naik inflasi pangan bulanan biasanya berlanjut hingga Juli 2017. Dengan Inflasi inti di Ramadhan tahun ini yang diperkirakan lebih tinggi seiring dengan menguatnya daya beli masyarakat, inflasi tahunan berpeluang menuju 4,3-4,4 persen yoy di Juni 2017," jelas Rangga.
Rangga memprediksi inflasi sepanjang tahun 2017 akan berada di angka 4,6 persen yoy, sedangkan tahun 2018 5,0 persen yoy.
Sementara itu inflasi global yang terus naik seiring dengan membaiknya perekonomian global turut berkontribusi mengangkat harga domestik. Akan tetapi kurs rupiah yang cenderung menguat, mampu mengurangi pass-through effect dari kenaikan harga barang impor.
Di sisi lain, kenaikan tarif listrik 900 VA, yang mulai Juli 2017 akan mengikuti mekanisme tarif adjustment, akan terus memberikan tekanan. Dengan harga minyak Brent yang kembali bertahan di atas $50/b, peluang kenaikan harga BBM serta tarif listrik masih terbuka di tahun ini.