EKBIS.CO, JAKARTA --Investasi sektor minyak dan gas di Indonesia bisa terganggu bila harga minyak bertahan di bawah 50 dolar AS per barel. Kendati rendahnya harga minyak itu di sisi lain akan berdampak baik karena membuat nilai impor migas menjadi lebih kecil.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Ignasius Jonan mengatakan, kalau harga minyak mentah itu terus berada di bawah 50 dolar AS per barel, maka minat untuk investasi atau eksplorasi baru di migas juga tidak bisa naik. "Apapun, gross split maupun nggak gross split, pada akhirnya toh harga jual (migas) itu produknya yang menentukan," ujar dia, Selasa (6/6).
Jonan mengatakan, jika melihat tren harga migas saat ini, terutama harga minyak dipengaruhi oleh dua hal, yaitu pasokan dan permintaan. Negara-negara dengan konsumsi yang besar, kata dia, seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, dan Cina, kalau pertumbuhan ekonominya tidak membaik tentunya permintaan minyaknya akan datar atau turun.
Ketidakpastian politik internasional, jelas Jonan, juga membawa pengaruh besar pada volatilitas harga minyak dunia. "Yang sulit diprediksi adalah tentang politik di internasional. Seperti hari ini kita lihat, Bahrain, Saudi, UEA, dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar. Nah nanti apa dampaknya ini? Kita tidak tahu (harga minyak) bakal naik atau bakal turun, dan sebagainya yang kita tidak tahu," ujar dia mengakhiri.