EKBIS.CO, JAKARTA -- Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Utara memprediksi harga ekspor karet SIR20 hingga akhir tahun 2017 lebih rendah daripada rata-rata tahun 2016.
"Pada tahun 2016, harga rata-rata ekspor karet SIR20 masih bisa sebesar 1,81 dolar AS per kilogram, sementara pada tahun ini diperkirakan 1,50-an dolar AS," kata Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut Edy Irwansyah di Medan, Kamis (6/7).
Asumsi harga yang lebih rendah itu, katanya lagi, mengacu pada harga yang sudah terjadi pada bulan-bulan sebelumnya dan harga penawaran di pasar bursa hingga akhir 2017.
Pada tanggal 4 Juli, misalnya, harga ekspor karet untuk pengapalan pada bulan Agustus sebesar 1,56 dolar AS/kg. Untuk pengiriman pada bulan Desember, juga hanya naik sedikit atau 1,59 dolar AS.
"Harga ekspor yang masih rendah itu tentu saja memprihatinkan, apalagi tercatat terendah dibandingkan harga rata-rata periode 2012 s.d. 2016 yang sudah mencapai 2,02 dolar AS/kg," kata Edy.
Menurut dia, harga yang masih rendah itu didorong masih belum pulihnya perekonomian global. Meski permintaan menunjukkan peningkatan, menurut dia, tetap belum maksimal.
Meski belum pulih dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Syech Suhaimi, nilai ekspor karet dan barang dari karet Sumut periode Januari s.d. Mei 2017 sudah naik 79.62 persen dari periode sama 2016 atau mencapai 700,657 juta dolar AS.
Ekspor golongan barang tersebut terbesar ke Jepang atau hingga 124,359 juta dolar AS. Bahkan, ekspor ke Jepang pada tahun 2017 naik 85,41 persen dari periode sama 2016 yang masih senilai 67,071 juta dolar AS. Setelah ke Jepang, ekspor karet terbesar Sumut adalah ke Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Amerika Serikat.