EKBIS.CO, ANKARA -- Indonesia akan menghapus hambatan perdagangan dengan Turki, termasuk menghilangkan bea masuk impor dan bea keluar ekspor untuk beberapa komoditas yang disepakati kedua negara.
Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita di Ankara, Jumat (7/7), menyampaikan hal itu setelah sehari sebelumnya ia mewakili Indonesia meluncurkan negosiasi Indonesia Turki Comprehensive Economic Partnership Agreement (IT-CEPA). Peluncuran itu disaksikan Presiden Joko Widodo dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di White Palace Ankara.
"Nilai perdagangan kita dengan Turki 2016 mencapai 1,3 miliar dolar AS dan kita surplus sekitar 700 jutaan tapi kita turun pada 2016 sekitar 14 persen dan di sisi lain Malaysia meningkat 49,11 persen. Salah satu penyebab menurunnya ekspor ke Turki adalah bea masuk yang diterapkan," kata Enggartiasto.
Ia membandingkan volume perdagangan Turki-Malaysia yang meningkat signifikan karena adanya perjanjian FTA antara kedua negara itu. Kedua negara itu pun sudah membebaskan tarif perdagangan untuk komoditas yang disepakati termasuk CPO (Crude Palm Oil).
Untuk itu, Indonesia diwakili Mendag RI dan Turki melalui Menteri Perekonomian Turki membuat pernyataan bersama untuk melakukan IT-CEPA. Pernyataan bersama ini atas penugasan Presiden RI dan disaksikan presiden kedua negara.
"Diharapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama kita akan mengupayakan pada akhir tahun ini atau awal tahun depan kita sudah menyepakati dan dimulai dengan 'trade in goods' dulu," kata Enggartiasto.
Ia yakin jika hal ini bisa diterapkan maka volume perdagangan dua negara akan bisa meningkat pada 2018. Terlebih, menurut dia, dari sisi hubungan bilateral kedua negara sangat dekat dan memiliki sejarah persahabatan yang sudah sangat lama.
Enggartiasto menilai kunjungan kenegaraan Presiden Jokowi ke Turki akan mendatangkan dampak yang positif bagi sektor perdagangan Indonesia. "Dalam forum bisnis kemarin pelaku usaha di Turki sangat tertarik untuk memperbesar investasi bagi yang sudah masuk dan bagi yang belum sangat tertarik untuk masuk," kata dia.
Namun, ia mengaku sampai saat ini masih ada beberapa keluhan yaitu bea masuk dan bea keluar yang tinggi untuk sejumlah komoditas yang keluar dan masuk di dua negara. "Itu yang akan kita selesaikan segera," katanya.
Dia mengatakan penghapusan bea masuk hingga nol persen sangat mungkin dilakukan. Karena itu, Kemendag dalam waktu dekat akan menindaklanjuti dengan menyampaikan daftar komoditas yang akan dibebaskan untuk keluar dan masuk ke Turki.
Hal yang sama pun akan dilakukan Turki kepada Indonesia yakni menyampaikan daftar komuditas yang akan dibebaskan tarifnya. "Jadi nanti akan ada beberapa barang yang akan keluar dan masuk itu tidak terkena bea dari dua negara. Kita sepakati nanti antara kita dengan Turki," kata Enggartiasto.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani yang turut serta dalam kunjungan ke Turki menyambut baik negosiasi IT-CEPA. Dia menganggap hal itu sangat produktif dan menjadi terobosan berarti bagi dunia usaha.
Selama ini, ia mengatakan, dunia usaha khususnya di Indonesia terkendala tarif perdagangan yang membuat semakin tidak kompetitif. "Tarif ini membuat kita tidak kompetitif, kalau ini bisa dihapuskan akan sangat membantu kami. Kita juga bisa meningkatkan volume perdagangan kemudian dunia usaha makin berkembang sehingga penyerapan tenaga kerja makin tumbuh. Ini dampaknya akan sangat luas," kata Rosan.
Setelah bertemu dengan para pengusaha di Turki, Rosan mengatakan, potensi kerja sama yang akan digarap dunia usaha di antaranya investasi di bidang power plant dan wisata bahari, terutama pembangunan dermaga bertaraf internasional.
"Kita akan melihat potensi pembangunannya di beberapa titik seperti misalnya di NTB, NTT, dan beberapa spot yang lain," kata dia.