EKBIS.CO, JAKARTA -- Pengeluaran konsumsi rumah tangga tumbuh tipis pada kuartal II 2017 di angka 4,95 persen, dibandingkan dengan konsumsi rumah tangga pada kuartal I 2017. Pertumbuhan didorong oleh konsumsi makanan dan minuman termasuk restoran. Sedangkan konsumsi non makanan mengalami perlambatan.
Ini membuktikan bawah daya beli masyarakat masih kuat. Kalau ada daya beli masyarakat turun, tidak. Ini adalah sebuah bukti bahwa konsumsi rumah tangga tumbuh kuat di 4,95 persen,'' kata Kepada Badan Pusat Statistik Kecuk Suharyanto, dalam konferensi persnya, Senin (7/8).
Menurut dia, konsumsi rumah tangga Indonesia bergerak dari lapisan bawah ke lapisan atas, dan perilakunya berbeda. Dari indikasi yang ada, BPS meminta pemerintah mesti memberikan perhatian kepada 40 persen masyarakat lapisan bawah.
Karena, di sana ada indikasi bahwa upah ril buruh bangunan turun termasuk upah buruh tani yang juga mengalami penurunan. ''Jadi perlu perhatian ke depan supaya pertumbuhan daya beli menengah ke bawah lebih bagus,'' jelas dia.
Sementara, lanjutnya, kalau dilihat dari kelas menengah ke atas agak berbeda. Kalau dilihat dari transaksi debitnya, masih cukup tinggi, meskipun melambat.
Tetapi, ada indikasi persentase pendapatan yang ditabung lebih tinggi. Artinya, golongan menengah ke atasnya bukan daya belinya turun, meski penjualan mobil turun, namun ada indikasi mereka menahan belanja.
''Itu lebih karena faktor psikologis melihat apa yang terjadi sekarang dan apa yang terjadi ke depan, memperhatikan perekonomian global yang akan berimbas kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia,'' ucap Suharyanto.
Namun, yang perlu diperhatikan adalah, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, maka konsumsi rumah tangga dalam satu tahun terakhir turun drastis. Pada kuartal II 2016, konsumsi rumah tangga berada di angka 5,07 persen, atau turun 0,12 persen.