Kamis 10 Aug 2017 09:16 WIB

Di Papua, Semen Dibanderol Rp 2 Juta per Kantong

Rep: Ali Mansur/ Red: Nidia Zuraya
 Buruh angkut melakukan aktivitas bongkar muat semen di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Kamis (27/7).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Buruh angkut melakukan aktivitas bongkar muat semen di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Kamis (27/7).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Harga Semen di Kabupaten Mamberamo Tengah, Provinsi Papua mencapai Rp 2 juta per kantong. Harga bahan bangunan selangit itu dikarenakan mahalnya biaya pengakutan.

Karena selama ini angkutan udara masih menjadi sarana transportasi utama menuju pedalaman Papua tersebut. Bahkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium juga masih sangat tinggi mencapai Rp 40 ribu per liter di tingkat pengecer.

"Di sana harga semen masih sangat tinggi mencapi Rp 2 juta lebih. Harga bensin pun demikian, masih cukup tinggi di tingkat pengecer. Tentu saja ini menyulitkan kami dalam mempercepat pembangunan daerah," keluh, Bupati Mamberamo Tengah, Ricky Ham Pagawak, saat ditemui di Jakarta, Rabu (9/8).

Lanjut Ricky, memang ada realisasi dari intruksi presiden Joko Widodo mengenai BBM satu harga, tapi itu hanya terjadi SPBU saja. Namun, kata Ricky, hal itu percuma, justru dengan harga rendah BBM di Mamberamo Tengah langsung habis. Bahkan tidak lebih dari tiga jam BBM yang baru datang langsung ludes terjual, dan menunggu hingga satu pekan kemudian.

"Kami juga harus bergantung pada cuaca untuk bisa keluar Mamberamo Tengah. Apalagi pesawat yang menjadi andalan transportasi berukuran kecil dan tidak terbang melebih gunung-gunung," tambahnya.

Oleh karena itu sangat tidak heran jika harga-harga bahan pokok di Mamberamo Tengah juga tinggi. Bahkan harga nasi goreng biasa mencapai Rp 40 ribu per porsi. Namun untungnya harga Babi cukup tinggi, dan mayoritas penduduknya berternak Babi dan juga berkebun.

"Di sana harga satu ekor Babi bisa sama dengan empar ekor sapi. Jadi dengan Babi mereka bisa membiayai kuliah anaknya," tutur Ricky. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement