EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mengakui adanya pergeseran pola konsumsi. Menurut Kepala BPS Kecuk Suharyanto menilai, pergeseran konsumsi itu dari belanja rumah tangga menjadi belanja untuk leisure atau jalan-jalan.
Sehingga, ia menegaskan tidak ada penurunan daya beli. ''BPS berusaha memilah lagi antara leisure seperti hotel, restoran, rekreasi dan akomodasi. Ternyata leisure-nya naik, orang lebih seneng menahan belanja tapi lebih memilih spending di luar," ucap Suharyanto, di Kantor BPS, Jakarta, Selasa (15/8).
Ia menjelaskan, belanja makanan masih tinggi, sementara nonmakanan justru malah terkoreksi. Belum lagi komponen aksesori yang naiknya tinggi.
Tetapi perlu diakui, kata Suharyanto, kalau melihat struktur konsumsi rumah tangga menengah ke atas saving-nya naik, karena persentase pendapatan yang ditabung naik. Mereka cenderung melihat berbagai situasi ekonomi global yang kurang pasti, serta harga komoditas yang kurang stabil.
Ekonom The Institute for Development of Economics and Finance Bhima Yudhistira mengatakan, dilihat dari konsumsi per kategori, pengeluaran masyarakat untuk transportasi dan komunikasi justru menurun dibanding tahun 2016. Di kuartal II 2017 pertumbuhannya 5.32 persen (yoy). Sementara di 2016 kuartal II tumbuh 5.51 persen (yoy).
Di sisi lain, laju pengeluaran untuk hotel dan restoran tahun 2014 di kuartal II pernah mencapai 6.24 persen sedangkan kuartal II tahun 2017 hanya 5.87 persen. ''Ini jadi bukti bahwa peralihan konsumsi dari belanja makanan, pakaian ke wisata atau jalan -jalan tidak signifikan,'' jelas dia.