Kamis 17 Aug 2017 09:11 WIB

PLN NTT Siap Layani Industri

Rep: Rakhmat Hadi Sucipto/ Red: Hiru Muhammad
Direktur Human Capital Management PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Muhamad Ali (kanan) mendengarkan penjelasan dari petugas Gardu Induk (GI) Kefamenanu, Desa Nailola, Kecamatan Bikomi Selatan, Kabupaten Timor Tengah Utara, Selasa (15/8) malam.
Foto: Dok Rakhmat hadi sucipto/Republika
Direktur Human Capital Management PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Muhamad Ali (kanan) mendengarkan penjelasan dari petugas Gardu Induk (GI) Kefamenanu, Desa Nailola, Kecamatan Bikomi Selatan, Kabupaten Timor Tengah Utara, Selasa (15/8) malam.

REPUBLIKA.CO.ID KEFAMENANU – PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) siap melayani kebutuhan listrik bagi kepentingan industri. Menurut Direktur Human Capital Management (HCM) PT PLN, Muhamad Ali, komposisi pelanggan dari industri masih sangat kecil, hanya 0,03 persen dari total pelanggan.

“Padahal, kapasitas listrik PLN Wilayah NTT sudah berlebih. Khusus di sistem Timor saja sudah mempunyai cadangan daya listrik sampai 46 megawatt,” jelas Muhammad Ali di Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT, Selasa (15/8) malam.

Dari 19 sistem kelistrikan di NTT, total telah menghasilkan surplus daya sebesar 72,91 megawatt (MW). Wilayah PLN NTT mampu mempunyai cadangan daya karena memproduksi daya sebesar 227,09 MW, sementara beban malam hanya 154,18 MW.

Cadangan daya terbesar ada pada sistem kelistrikan Timor sebesar 46 MW. Sistem Rote menyumbang cadangan listrik terbesar kedua, mencapai 3,81 MW. Menyusul berikutnya adalah Maumere (2,92 MW), Larantuka (2,75 MW), Labuan Bajo (2,5 MW), Ende (2,38 MW), Ruteng + Mborong (1,46 MW), Kefamenanu (1,35 MW), Betun-Kobalima (1,04 MW), dan Bajawa (1,03 MW).

Sistem kelistrikan lain menyumbang surplus di bawah satu megawatt. Ada tiga sistem yang sudah interkoneksi, yaitu Atambua dengan total daya mampu sebesar 4,3 MW, Kefamenanu (1,35 MW), serta So’e (0,5 MW). PLN Wilayah NTT, ungkap Muhammad Ali, bisa menghasilkan surplus daya listrik karena mampu membangun banyak transmisi dengan waktu yang lebih cepat pada 2016 lalu dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Pembangunan transmisi bisa lebih cepat karena didukung dengan beberapa peraturan presiden yang memungkinkan PT PLN melakukan pembebasan lahan dengan lebih cepat, khususnya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan. Perpres tersebut juga memberi ruang kepada PLN untuk berkoordinasi dan bekerja sama dengan lebih baik lagi bersama instansi-instansi terkait.

Muhammad Ali menjelaskan, pada 2015 sebenarnya neraca daya listrik masih belum menggembirakan. Bila dikategorikan dalam kelompok warna, masih merah dan kuning. Kemudian, secara perlahan berubah menjadi merah, kuning, dan hijau. Sejak Desember 2016, semuanya sudah bisa dibilang hijau karena mampu menghasilkan cadangan daya yang cukup besar.

Manajer Niaga PT PLN Wilayah NTT, Handoko, menyatakan surplus cadangan daya listrik membuka peluang bagi pihaknya untuk menggarap sektor industri. Apalagi, komposisi pelanggan industri masih sangat kecil, hanya 0,03 persen atau sebanyak 167 pelanggan dari total 653.987 pelanggan per Juni 2017. Komposisi pelanggan terbesar masih didominasi oleh rumah tangga, sebesar 88,94 persen (581.679 pelanggan).

Kategori pelanggan bisnis menempati urutan kedua, sebanyak 5,03 persen (32.907 pelanggan), sementara dari kelompok sosial mencapai 5,0 persen (32.729 pelanggan). Sisanya adalah pelanggan publik (0,96 persen atau 6.251 pelanggan) dan multiguna (0,04 persen atau 254 pelanggan).

Menurut Handoko, penjualan listrik di wilayah NTT hingga Juni 2017 sudah mencapai 410 gigawatt hour (GWH) atau rata-rata mencapai 68 GWH setiap bulan. Kelompok pelanggan rumah tangga mengambil porsi terbesar mencapai 59 persen, disusul bisnis (24 persen), publik (6,0 persen), sosial (6,0 persen), industri (4,0 persen), dan multiguna (1,0 persen).

Manajer Area PLN Area Kupang, Elpis J Sinambela, menyatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan seluruh pemerintah daerah di NTT untuk meningkatkan kelompok pelanggan industri dan sekaligus menarik para investor agar mau menanamkan modal di NTT.

Menurut Elpis, pelaku industri dan bisnis tak perlu ragu dan khawatir lagi untuk menanamkan modal dan berbisnis dan NTT karena pasokan listrik sudah berlebih. Pihaknya juga sudah dan terus berkomunikasi dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) untuk melihat potensi dan keinginan investor di wilayah NTT.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement