Jumat 25 Aug 2017 10:01 WIB

Komunikasi Maritim Indonesia Perlu Pengamanan

Rep: Nur Hasan Murtiaji/ Red: Ratna Puspita
Direktur Teknologi ICK Dahniar Paramitha menjelaskan produk radio antisadap ke peserta simposium, Nusa  Dua, Bali, Kamis (24/8).
Foto: Republika/Nur Hasan Muriaji
Direktur Teknologi ICK Dahniar Paramitha menjelaskan produk radio antisadap ke peserta simposium, Nusa Dua, Bali, Kamis (24/8).

EKBIS.CO,  NUSA DUA — Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut (AL) menggelar Maritime International Security Symposium (IMSS) ke-3 di Nusa Dua, Bali, Kamis-Jumat (24-25/8). Dalam simposium yang dihadiri 41 negara ini juga diadakan pameran sejumlah teknologi pendukung kemaritiman untuk menghadapi ancaman yang makin kompleks.

Beberapa produsen dalam negeri ikut andil dalam pameran ini. Mulai dari produsen kapal hingga radio antisadap. Indoguardika Cipta Kreasi (ICK) sebagai salah satu perusahaan industri pertahanan dalam negeri turut memamerkan teknologi antisadap dan intelijen. 

Direktur Teknologi ICK Dahniar Wisnu Paramitha mengungkapkan, salah satu teknologi pendukung keamanan maritim adalah radio guard. Radio yang komunikasinya terenkripsi ini sangat cocok digunakan petugas untuk berkomunikasi saat di laut.

"Kasus yang sering terjadi adalah pencurian ikan di laut. Kadang petugas kita kewalahan mengejar pencuri karena mereka telah mengetahui atau menyadap komunikasi petugas kita," kata Dahniar di sela pameran, Jumat (25/8).

Dahniar mengungkapkan, para pencuri ikan itu bisa meloloskan diri dari kejaran petugas karena menggunakan perangkat yang dapat mendengarkan komunikasi di frekuensi sama yang digunakan petugas. Adapun modul radio antisadap milik ICK dibuat pengamanan berlapis yang membuat pihak lain tidak bisa masuk ke frekuensi yang digunakan petugas.

Dengan spesifikasi demikian menjadikan radio yang diproduksi ICK tidak akan bisa disadap. "Sudah seharusnya modul radio antisadap ini diterapkan oleh petugas keamanan kita," katanya.

Dahniar juga menjelaskan, radio yang digunakan TNI tidak perlu diganti, tapi cukup dengan diupgrade dengan menginjeksi modul radio antisadap. "Kita tidak perlu mengganti total seluruh handy talky (HT), tapi kita bisa melakukan upgrade terhadap HT yang ada. Meskipun dengan merek yang berbeda-beda," kata dia, mengungkapkan.

Dahniar mengungkapkan, radio guard juga dilengkapi dengan fitur over the air rekeying (OTAR). Fitur ini berfungsi untuk melakukan pergantian kunci (password) tanpa perlu mengumpulkan semua perangkat pada satu tempat. "Kita bisa bikin janjian pada waktu yang telah ditentukan, kemudian barulah kita melakukan proses pergantian kunci."

Fungsi OTAR ini menjadi sangat penting saat pengguna kehilangan HT atau dicuri. Ketika kondisi ini terjadi, bagi pengguna yang kehilangan HT dapat menyebutkan nomor serinya sebelum dilakukan pertukaran kunci ulang.

"Kita bisa pilih nomor seri mana saja yang akan kita ganti kuncinya. Dan kita hanya bisa melakukan pergantian kunci saat HT tersebut hidup," kata Dahniar.

Dahniar menambahkan, radio guard sebagai produk enkripsi karya anak bangsa diproduksi di pabrik mesin sandi ICK di kawasan Taman Tekno, BSD City, Tangerang Selatan. ICK merupakan perusahaan perintis teknologi antisadap pertama di Indonesia.

Sejumlah produk di bidang keamanan dan intelijen telah diproduksi ICK, antara lain, secure mobile communication, secure e-mail (pengaman e-mail agar tidak bisa disadap), secure digital signature, secure radio, secure signal, secure VPN, dan video pengintai (video spy).

Turut berpartisipasi dalam pameran ini, antara lain, PT LEN Industri, PT Batamec, PT Daya Radar Utama, PT PAL Indonesia, PT Palindo Marine Shipyard, PT Tesco Indomaritim, PT Karimun Anugrah Sejati, PT Aveva Asia Pacific, dan PT EOD Technology Indonesia.

Pameran teknologi pendukung kemaritiman ini merupakan bagian dari acara Simposium Keamanan Maritim Internasional yang diikuti oleh sejumah pimpinan angkatan laut dari negara-negara Asia dan Oseania. Simposium ini dibuka oleh Menko Polhukam Wiranto.

Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Ade Supandi mengatakan, simposium ini digelar untuk menjamin kepentingan nasional Indonesia dan menjaga stabilitas keamanan regional maupun internasional. "Kegiatan ini sekaligus untuk menunjukkan peran Indonesia kepada dunia internasional tentang kapasitas Indonesia sebagai negara maritim yang besar, sekaligus menegaskan posisi indonesia sebagai poros maritim dunia," kata Ade, Kamis (24/8). 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement
Advertisement
Advertisement