EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) masih memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional pada 2017 berada di kisaran 5,0-5,4 persen. Meski baru-baru ini Bank Dunia merilis proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2017 mencapai 5,1 persen.
"Proyeksi BI masih pada range 5,0-5,4 persen dengan kecenderungan pada range bawah antara 5,1-5,2 persen," kataKepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bl, Dody Budi Waluyo, saat dihubungi Republika, Kamis (5/10).
Sedangkan prediksi BI untuk pertumbuhan ekonomi 2018 di kisaran 5,1-5,5 persen dengan kecenderungan di angka 5,3 persen. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi 2017 terutama pada semester kedua dan 2018 akan didorong oleh membaiknya konsumsi rumah tangga dan investasi swasta.
"Terutama dampak dari belanja pemerintah yang relatif besar dan dampak penurunan suku bunga. Juga kinerja ekspor riil diperkirakan meningkat karena masih baiknya harga komoditas global," jelasnya.
BI juga memandang perbaikan kinerja perekonomian khususnya pada 2017 dipandang masih di tahap awal pemulihan sehingga belum maksimal. BI melihat proses konsolidasi koporasi dan perbankan belum berakhir sehingga belum mampu mendorong investasi dan ekspor 2017 tumbuh pesat.
Sementara dari sisi eksternal, perkembangan di AS seperti kemungkinan kenaikan suku bunga AS (Fed Fund Rate/FFR) pada Desember 2017 dan mulainya penurunan neraca Fed di Oktober 2017 juga berpengaruh pada kestabilan nilai tukar di banyak negara yang pada akhirnya berdampak pada kestabilan ekonomi yang terganggu. "Upaya BI untuk stabilisasi nilai tukar mampu menjaga rupiah tetap berada dalam level fundamental," imbuhnya.
BI memperkirakan proses konsolidasi korporasi dan perbankan akan semakin berkurang pada 2018. Sehingga mampu mendorong investasi dan ekspor tumbuh lebih tinggi, diikuti ekspansi kredit bank lebih besar. "Diharapkan growth di 2018 ke depan dapat lebih tinggi," ujarnya.