EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terus melemah terhadap kurs dolar pada pekan pelalu. Bahkan mencapai Rp 13.630 per dolar AS, angka itu terendah sejak Oktober 2016.
Menanggapi hal itu, Bank Indonesia (BI) mengatakan pelemahan terjadi karena faktor global. "Dolar Amerika Serikat (AS) menguat karena pasar global sedang menunggu pengganti Janet Yellen," ujar Deputi Senior Gubernur BI Mirza Adityaswara kepada Republika, Ahad, (29/10).
Seperti diketahui, Janet Yellen yang sebelumnya menjadi pemimpin the Fed akan digantikan. "Pasar menunggu pengganti Janet Yellen apakah figur yang hawkish misalnya John Taylor atau figur yang dovish seperti Jerome Powell atau tetap Janet Yellen," jelas Mirza.
Sebelumnya, Chief Economist SKHA Institute for Global Competitiveness (SIGC) Eric Sugandi menilai, pelemahan kurs rupiah terhadap kurs dolar AS lebih karena faktor eksternal. Dalam beberapa hari terakhir, mata uang dolar AS pun menguat terhadap banyak mata uang global.
"Hal itu karena ekspektasi pelaku pasar financial global bahwa kongres Amerika Serikat (AS) akan menyetujui reformasi pajak Presiden Donald Trump. Ini membuat optimisme menguatnya pertumbuhan ekonomi dan earnings di berbagai perusahaan AS serta bursa-bursa AS," kata Eric kepada Republika.
Spekulasi mengenai posisi posisi Janet Yellen sebagai pemimpin The Fed yang akan digantikan oleh John Taylor, kata dia, juga ikut memengaruhi. Pasalnya, Taylor dinilai lebih agreasif dalam kebijakan moneter terutama terkait menaikkan suku bunga acuan AS Fed Fund Rate (FFR)