EKBIS.CO, JAKARTA -- Minat pengusaha Indonesia untuk berinvestasi ke Amerika masih minim. Sebab, peluang domestik maupun regional masih jauh lebih menarik dibanding Amerika.
Ketua Komite Tetap Amerika Kadin Indonesia Diono Nurjadin mengatakan, hal tersebut diperparah dengan iklim usaha di Amerika Serikat yang berpotensi mengeluarkan banyak peraturan menutup atau mengurangi peluang untuk perusahaan asing di Amerika. Negara tersebut juga saat ini sangat terfokus pada defisit perdagangan, mengingat ekspor Indonesia lebih banyak dari impor.
"Jadi kalau kita ke Amerika, kita jadi sasaran," ujarnya saat ditemui di sela-sela acara US-Indonesia Investment Summit di Hotel Mandarin Oriental, Kamis (2/11). Sebab, Indonesia menjadi salah satu dari 15 negara yang sudah diidentifikasi defisit oleh pemerintah baru Amerika.
Ia menjelaskan, masalah defisit ini menjadi kendala untuk menyegarkan hubungan kedua negara. Defisit terjadi karena banyak produk ekspor Indonesia ke Amerika.
Produk tersebut, ungkapnya, merupakan produk yang tidak mungkin bisa diproduksi negara tersebut, sehingga sangat sulit untuk diperbaiki. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan memperbaiki iklim usaha.
"Di mana pengusaha atau investor Amerika lebih mudah untuk investasi di Indonesia sehingga barang Amerika juga lebih mudah masuk ke sini, dan mereka juga harus menawarkan barang dan jasa yang lebih menarik untuk kami," ujar dia.
Menurutnya, produk Amerika yang menarik bagi pengusaha Indonesia adalah pesawat, namun terbatas. Seperti diketahui, Indonesia telah mempunyai maskapai penerbangan sendiri. Indonesia juga sudah memesan pesawat Boeing dalam jumlah banyak. Untuk itu, Amerika perlu memunculkan produk yang menarik bagi Indonesia.
"Dari kami, mau cari peluang di situ untuk memperbaiki defisit ini, apalagi yang Amerika bisa ekspor ke Indonesia dalam bentuk barang dan jasa," kata dia.
Selain Amerika, pengusaha Indonesia juga tertarik untuk berinvestasi ke beberapa negara lain seperti Cina dan ASEAN. Untuk ASEAN bahkan sudah membentuk komunitas yang lebih terbuka yakni Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan total penduduk mencapai 600 juta orang. Itu artinya, pengusaha Indonesia tidak perlu melihat terlalu jauh hingga Amerika.
"Hanya di ASEAN saja atau di Cina sudah cukup menarik buat kami. Jadi kita //nggak// perlu ke Amerika sebenarnya," katanya.
Afrika juga diakui Diono menjadi peluang bagus bagi pengusaha Indonesia. Terutama di tengah upaya pemerintah yang saat ini fokus dengan peningkatan hubungan di benua selatan, Afrika dan Amerika Latin. Menurutnya, peningkatan hubungan ke wilayah tersebut adalah tepat. Sebab, banyak sinergi yang bisa dikembangkan antara Afrika, ASEAN dan Amerika Latin.
Berbagai misi dagang sering dilakukan Indonesia di sana. Bahkan diakui Diono, Komisi Afrika sangat aktif untuk datang ke indoensia.
"Afrika juga sangat minat untuk mengembangkan dan memperluas hubungan dagang ke Indoensia," kata dia.