EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) yang maksimal akan mampu mengantarkan ekonomi Indonesia menjadi ekonomi yang berkelanjutan. Deputi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Montty Girianna menjelaskan, dengan pemanfaatan energi, ekonomi Indonesia tidak hanya kuat, tapi dapat bertahan hingga berabad-abad ke depan.
Memang jika dibandingkan negara lain, Monty mengakui bahwa pemanfaatan EBT di Indonesia masih tertinggal. India misalnya, saat ini tengah membangun proyek Nehru National Solar Mission, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 200 GW. Cina, kata dia, kini menjadi pemain EBT yang cukup diperhitungkan karena memiliki PLTS sebesar 78,1 GW, dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu sebesar 149 GW.
"Di Indonesia sendiri, pemanfaatan EBT masih sangat rendah dibandingkan potensi yang ada. Saat ini kita baru memanfaatkan 8.216 GW dari potensi EBT sebesar 443.208 MW. Namun, dengan berbagai dampak positif EBT bagi perekonomian, saya berpandangan bahwa sudah saatnya kita lebih serius dalam menggarap sektor ini," ujar Monty dalam Pertamina Energy Forum (PEF) 2017 di Jakarta, Selasa (12/12).
Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik mengakui sektor minyak dan gas bumi masih menjadi bisnis utama Pertamina. Namun, Pertamina menyadari sumber daya minyak dan gas bumi terbatas. Karena itu, Pertamina sudah mulai melakukan berbagai langkah untuk meningkatkan kontribusi energi terbarukan
Elia Massa mengatakan energi terbarukan adalah energi masa depan. Beberapa perusahaan minyak dan gas bumi besar dunia seperti Saudi Aramco pun sudah melakukan investasi besar-besaran di sektor energi terbarukan.
"Pertamina sendiri turut aktif mendukung program pemerintah untuk meningkatkan kontribusi energi terbarukan terhadap konsumsi energi nasional (energy mix)," ujar Elia Massa.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Gas Pertamina Yenni Andayani mengatakan, sebagai perusahaan negara, Pertamina terus berkomitmen meningkatkan porsi energi baru dan terbarukan (EBT), sejalan dengan target porsi nasional sebesar 23 persen dari total bauran energi nasional pada tahun 2025. Salah satu upayanya yakni Pertamina telah melakukan beberapa transformasi bisnis salah satunya berfokus kepada pengembangan EBT.
Dia mengungkapkan, Pertamina melihat dari dua parameter dalam mengembangkan energi baru dan terbarukan, yakni economy attractiveness atau seberapa menarik sebuah proyek dari sisi ekonomi serta technology maturity atau ketersediaan teknologi yang mendukung.
"Kedua paramater tersebut adalah pertimbangan kita dalam mengeksekusi kesempatan bisnis," ujarnya.
Ia menjelaskan, energi EBT yang masuk ke dalam high priority (high economy attractiveness and technology maturity) dan telah dieksekusi Pertamina, yaitu geothermal, biodiesel, biomass, mini hydro, dan solar PV. Disamping itu, ada juga beberapa EBT yang masih harus dilakukan evaluasi dan pengembangan komersil, seperti wind power, hydro large, bioavture dan bioethanol.
"Salah satu yang kita kembangkan saat ini adalah solar PV. Saat ini sudah terinstal sebesar 1 Mega Watt dari instalasi PV di kantor pusat Pertamina dan area perumahaan kilang Cilacap. Hal ini akan terus berkembang ke area, unit dan anak perusahaan Pertamina yang lain di seluruh Indonesia," ucapnya.