Sabtu 13 Jan 2018 00:05 WIB

Petani: Jangan Impor Beras, Sebentar Lagi Panen

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
Panen padi. Ilustrasi
Foto: .
Panen padi. Ilustrasi

EKBIS.CO, JAKARTA -- Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) menilai harga Gabah Kering Panen (GKP) yang saat ini dinilai tinggi akan kembali normal dan cenderung turun pada Februari mendatang saat dimulai masa panen raya.

"Sudah kebiasaan, Januari itu harga gabah naik. Karena bukan masa panen raya. Panen raya mulai Februari," ujar Ketua KNTA Winarno Tohir kepada Republika.co.id, Jumat (12/11).

Winarno menjelaskan, umumnya petani mulai menanam pada bulan Oktober, dan diperkirakan akan panen mulai Februari. Maka, ia memperkirakan sekitar 18 hari mendatang harga sudah mulai normal.

Saat ini di beberapa daerah seperti Serang, Karawang, dan daerah- daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur harga Gabah Kering Panen (GKP) rata- rata telah mencapai Rp 5.500 per kilogram. Pada Februari diperkirakan harga akan turun menjadi sekitar Rp 3.700 - Rp 4.000 per kilogram.

Melihat musim panen raya yang sudah dekat, ia berharap pemerintah tidak melakukan impor beras. Karena apabila impor baru akan dilakukan sekarang, maka beras baru bisa distribusikan pada Februari ketika panen raya sudah dimulai.

Apabila impor, hal ini tentunya akan mengecewakan para petani. Apalagi menurut Winarno saat ini di Nusa Tenggara Timur (NTT) sudah mulai panen, sedangkan di Sulawesi Selatan sepanjang tahun. Namun keduanya hanya untuk kebutuhan daerah Indonesia Timur.

"Jangan impor, karena sebentar lagi sudah panen. Kasian petani kalau harga beras jatuh. Kan ini bisa distabilisasi oleh Bulog. Kalaupun pesan sekarang sudah telat," tuturnya.

Apabila harga beras jatuh, kata Winarno, dikhawatirkan petani akan beralih menanam komoditas yang lebih menguntungkan, seperti jagung.

"Misalnya padi jatuh, nanti petani pilih yamg untung, milih jagung. Makanya sekarang meluas dimana-mana. Kalimantan saja sudah milih nanam jagung," ungkapnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement